Mohon untuk bersikap bijak dalam setiap menyikapi infomasi dan berita yang beredar di internet karena tidak semua berita itu benar, terkadang di salah gunakan oknum tertentu untuk membuat kekacauan dan fitnah

Budidaya ikan lele lengkap

Budidaya ikan lele sangat diminati para peternak karena pasarnya yang terus berkembang. Pemerintah juga gencar memberikan dukungan melalui riset benih lele unggul dan kampanye gerakan makan ikan. Sehingga bermunculan sentra-sentra budidaya ikan lele di sejumlah daerah.

Untuk mendapatkan keuntungan maksimal, budidaya ikan lele sebaiknya tidak dilakukan secara sampingan atau sekadar kegiatan subsisten. Ikan lele sanggup hidup dalam kepadatan tebar yang tinggi dan memiliki rasio pemberian pakan berbanding pertumbuhan daging yang baik. Oleh karena itu, usaha budidaya ikan lele akan memberikan keuntungan lebih apabila dilakukan secara intensif.

Terdapat dua segmen usaha budidaya ikan lele, yaitu segmen pembenihan dan segmen pembesaran. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas budidaya ikan lele segmen pembesaran. Berikut kami uraikan tahap-tahap persiapannya.

Penyiapan kolam tempat budidaya ikan lele
Ada berbagai macam tipe kolam yang bisa digunakan sebagai tempat budidaya ikan lele. Untuk memutuskan kolam apa yang cocok, harap pertimbangkan kondisi lingkungan dan ketersediaan tenaga kerja terampil. Lalu, cocokkan dengan sumber dana yang kita miliki. Perlu diperhatikan bahwa setiap tipe kolam memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing bila ditinjau dari segi usaha budidaya.

Tipe-tipe kolam yang umum digunakan dalam budidaya ikan lele adalah kolam tanah, kolam semen, kolam terpal, jaring apung dan keramba. Namun dalam artikel ini kita hanya membahas kolam tanah saja, mengingat jenis kolam ini paling banyak digunakan oleh para peternak ikan.

a. Pengeringan dan pengolahan tanah
Sebelum benih ikan lele ditebarkan, kolam harus dikeringkan telebih dahulu. Lama pegeringan berkisar 3-7 hari atau bergantung pada teriknya sinar matahari. Sebagai patokan, apabila permukaan tanah sudah retak-retak, kolam bisa dianggap sudah cukup kering. Pengeringan kolam bertujuan untuk memutus keberadaan mikroorganisme jahat yang menyebabkan bibit penyakit. Mikroorganisme tersebut bisa bekembang dari sisa-sisa priode budidaya ikan lele sebelumnya. Dengan pengeringan dan penjemuran, sebagian besar mikroorganisme patogen akan mati.

Setelah dikeringkan, permukaan tanah dibajak atau dibalik dengan cangkul. Pembajakan tanah diperlukan untuk memperbaiki kegemburan tanah dan membuang gas beracun yang tertimbun di dalam tanah. Selain penggemburan, lakukan pengangkatan lapisan lumpur hitam berbau busuk yang biasanya terdapat di dasar kolam. Karena lumpur hitam tersebut menyimpan gas-gas beracun seperti amonia dan hidrogen sulfida. Gas-gas itu terbentuk dari tumpukan sisa pakan yang tidak habis pada periode budidaya ikan lele sebelumnya.

b. Pengapuran dan pemupukan
Pengapuran berfungsi untuk menyeimbangkan keasaman kolam dan membantu memberantas mikroorganisme patogen. Jenis kapur yang digunakan adalah dolomit atau kapur tohor. Pengapuran dilakukan dengan cara ditebar secara merata di atas permukaan dasar kolam. Setelah ditebari kapur, balik tanah dengan cangkul agar kapur meresap ke bagian dalam. Dosis yang diperlukan untuk pengapuran dasar kolam adalah 250-750 gram per meter persegi, atau tergantung pada derajat keasaman tanah. Semakin asam tanah semakin banyak kapur yang dibutuhkan.

Langkah selanjutnya adalah pemupukan. Pupuknya menggunakan paduan pupuk organikditambah urea dan TSP. Jenis pupuk organiknya bisa pupuk kandang atau pupuk kompos, dosisnya sebanyak 250-500 gram per meter persegi. Sedangkan dosis pupuk kimianya adalah urea 15 gram per meter persegi dan TSP 10 gram per meter persegi. Pemupukan dasar kolam bertujuan untuk menyediakan nutrisi bagi biota seperti fitoplankton dan cacing. Biota tersebut berguna untuk makanan alami ikan lele.

c. Pengaturan air kolam
Ketinggian air yang ideal untuk budidaya ikan lele adalah 100-120 cm. Pengisian kolam harus dilakukan secara bertahap. Setelah kolam dipupuk, isi dengan air sampai batas 30-40 cm. Pada ketinggian tersebut sinar matahari masih bisa tembus hingga dasar kolam dan memungkinkan biota dasar kolam seperti fitoplankton tumbuh dengan baik. Kolam yang sudah ditumbuhi fitoplankton airnya akan berwarna kehijauan. Setelah satu minggu, baru benih ikan lele siap ditebar. Selanjutnya, air kolam ditambah secara berkala sesuai dengan pertumbuhan ikan lele sampai pada ketinggian ideal.

Pemilihan benih ikan lele
Tingkat kesuksesan budidaya ikan lele sangat ditentukan oleh kualitas benih yang ditebar. Benih yang akan digunakan dalam budidaya ikan lele hendaklah dari jenis benih unggul.

Benih ikan lele bisa kita dapatkan dengan cara membeli atau melakukan pembenihan ikan lele sendiri. 

a. Syarat benih unggul
Benih yang ditebar harus benih yang benar-benar sehat. Benih yang kualitasnya buruk tidak bisa menghasilkan dengan maksimal dan rentan terhadap serangan penyakit. Ciri-ciri benih yang sehat gerakannya lincah, tidak terdapat cacat atau luka dipermukaan tubuhnya, bebas dari bibit penyakit dan gerakan renangnya normal. Untuk menguji gerakan renangnya, coba tempatkan ikan pada arus air, jika ikan tersebut menantang arah arus air berarti gerakan renangnya normal.

Ukuran benih untuk budidaya ikan lele sebaiknya memiliki panjang sekitar 5-7 cm. Usahakan ukurannya rata agar ikan bisa tumbuh dan berkembang serempak. Dari benih sebesar itu, dalam jangka waktu pemeliharaan 2,5-3,5 bulan akan didapatkan lele ukuran konsumsi sebesar 9-12 ekor per kilogram.

b. Cara menebar benih
Sebelum benih ditebar, lakukan penyesuaian iklim terhadap benih. Caranya, masukan benih yang baru datang dengan wadahnya (ember/jeriken) ke dalam kolam. Biarkan selama 15 menit agar terjadi penyesuaian suhu tempat benih dengan suhu kolam sebagai lingkungan barunya. Miringkan wadah dan biarkan benih keluar dengan sendirinya. Metode ini bermanfaat mencegah stres pada benih.

Tebarkan benih ikan lele ke dalam kolam dengan kepadatan 200-400 ekor per meter persegi. Semakin baik kualitas air kolam, semakin tinggi jumlah benih yang bisa ditampung. Hendaknya tinggi air tidak lebih dari 40 cm saat benih ditebar. Hal ini menjaga agar benih ikan bisa menjangkau permukaan air untuk mengambil pakan atau bernapas. Pengisian kolam berikutnya disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan sampai mencapai ketinggian air yang ideal.
Menentukan kapasitas kolam
Berikut ini cara menghitung kapasitas kolam untuk budidaya ikan lele secara intensif. Asumsi kedalaman kolam 1-1,5 meter (kedalaman yang dianjurkan). Maka kepadatan tebar bibit lele yang dianjurkan adalah 200-400 ekor per meter persegi. Contoh, untuk kolam berukuran 3 x 4 meter maka jumlah bibit ikannya minimal (3×4) x 200 = 2400 ekor, maksimal (3×4) x 400 = 4800 ekor.
Catatan: kolam tanah kapaistasnya lebih sedikit dari kolam tembok.
Pakan untuk budidaya ikan lele
Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan lele. Ada banyak sekali merek dan ragam pakan di pasaran. Pakan ikan lele yang baik adalah pakan yang menawarkan Food Convertion Ratio (FCR) lebih kecil dari satu. FCR adalah rasio jumlah pakan berbanding bertumbuhan daging. Semakin kecil nilai FCR, semakin baik kualitas pakan. Untuk mencapai hasil maksimal dengan biaya yang minimal, terapkan pemberian pakan utama dan pakan tambahan secara berimbang. 

a. Pemberian pakan utama
Pakan yang baik harus mengandung nutrisi yang diperlukan oleh ikan lele. Sebagai ikan karnivora, pakan ikan lele harus banyak mengandung protein hewani. Secara umum kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan lele adalah protein (minimal 30%), lemak (4-16%), karbohidrat (15-20%), vitamin dan mineral. Berbagai pelet yang dijual dipasaran rata-rata sudah dilengkapi dengan keterangan kandungan nutrisi. Tinggal kita pandai-pandai memilih mana yang bisa dipercaya. Ingat, jangan sampai membeli pakan kadaluarsa. Apabila pakan dirasa terlalu mahal kita juga bisa membuat pakan alternatif, silahkan baca membuat sendiri pakan lele alternatif.

Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Secara umum setiap harinya ikan lele memerlukan pakan 3-6% dari bobot tubuhnya. Misalnya, ikan lele dengan bobot 50 gram memerlukan pakan sebanyak 2,5 gram (5% bobot tubuh) per ekor. Kemudian setiap 10 hari ambil samplingnya, lalu timbang dan sesuaikan lagi jumlah pakan yang diberikan. Dua minggu menjelang panen, persentase pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari bobot tubuh.

Jadwal pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan nafsu makan ikan. Frekuensinya 4-5 kali sehari. Frekuensi pemberian pakan pada ikan yang masih kecil harus lebih sering. Waktu pemberian pakan bisa pagi, siang, sore dan malam hari. Harus diingat, ikan lele merupakan hewan nokturnal, aktif pada malam hari. Pertimbangkan pemberian makan lebih banyak pada sore dan malam hari. Pakan diberikan dengan ditebar. Si pemberi pakan harus jeli melihat reaksi ikan. Berikan pakan saat ikan lele agresif menyantap pakan dan berhenti apabila ikan sudah terlihat malas untuk menyantapnya.

b. Pemberian pakan tambahan
Selain pakan utama, bisa dipertimbangkan juga untuk memberi pakan tambahan. Pemberian pakan tambahan sangat menolong menghemat biaya pengeluaran pakan yang memang cukup menguras kantong. Apabila kolam kita dekat dengan pelelangan ikan, bisa dipertimbangkan pemberian ikan rucah segar. Ikan rucah adalah hasil ikan tangkapan dari laut yang tidak layak dikonsumsi manusia karena ukuran atau cacat dalam penangkapannya. Bisa juga dengan membuat belatung dari campuran ampas tahu.

Keong mas dan limbah ayam bisa diberikan dengan pengolahan terlebih dahulu. Pengolahannya bisa dilakukan dengan perebusan. Kemudian pisahkan daging keong mas dengan cangkangnya, lalu dicincang. Untuk ayam bersihkan bulu-bulunya sebelum diumpankan pada lele.

Satu hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pakan ikan lele, jangan sampai telat atau kurang. Karena ikan lele mempunyai sifat kanibal, yakni suka memangsa sejenisnya. Apabila kekurangan pakan, ikan-ikan yang lebih besar ukurannya akan memangsa ikan yang lebih kecil.
Pengelolaan air

Hal penting lainnya dalam budidaya ikan lele adalah pengelolaan air kolam. Walaupun ikan lele bisa hidup dalam kondisi air yang buruk, untuk mendapatkan hasil maksimal kualitas dan kuantitas air harus tetap terjaga.

Awasi kualitas air dari timbunan sisa pakan yang tidak habis di dasar kolam. Timbunan tersebut akan menimbulkan gas amonia atau hidrogen sulfida yang dicirikan dengan adanya bau busuk. Oleh karena itu, apabila sudah muncul bau busuk, buang sepertiga air bagian bawah. Kemudian isi lagi dengan air baru. Frekuensi pembuangan air sangat tergantung pada kebiasaan memberikan pakan. Apabila dalam memberikan pakan banyak menimbulkan sisa, pergantian air akan lebih sering dilakukan. Selain itu, apabila air terlihat berkurang karena penguapan atau kebocoran kolam, segera tambahkan.

Pengendalian hama dan penyakit
Hama yang paling umum dalam budidaya ikan lele antara lain hama predator seperti linsang, ular, sero, musang air dan burung. Sedangkan hama yang menjadi pesaing antara lain ikan mujair. Untuk mencegahnya yaitu dengan memasang saringan pada jalan masuk dan keluar air atau memasang pagar di sekeliling kolam.

Penyakit pada budidaya ikan lele bisa datang dari protozoa, bakteri dan virus. Ketiga mikroorganisme ini menyebabkan berbagai penyakit yang mematikan. Beberapa diantaranya adalah bintik putih, kembung perut dan luka di kepala dan ekor. Untuk mencegah timbulnya penyakit infeksi adalah dengan menjaga kualitas air, mengontrol kelebihan pakan, menjaga kebersihan kolam, dan mempertahankan suhu kolam pada kisaran 28oC. Selain penyakit infeksi ikan lele juga bisa terserang penyakit non-infeksi seperti kuning, kekurangan vitamin dan lain-lain. 

Panen budidaya ikan lele
Pemanenan budidaya ikan lele untuk konsumsi dalam negeri biasanya berukuran 9-12 ekor per kg. Untuk mencapai ukuran konsumsi dari benih sebesar 5-7 cm dibutuhkan waktu sekitar 2,5 sampai 3,5 bulan dari awal benih ditebar. Sedangkan untuk ekspor, berat ikan lele bisa mencapai 500 gram per ekor.

Pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati. Satu hari (24 jam) sebelum panen, sebaiknya ikan lele tidak diberi pakan agar tidak buang kotoran saat diangkut. Pada saat ikan lele dipanen hendaknya disortasi terlebih dahulu untuk misahkan lele berdasarkan ukurannya. Pemisahan ukuran ini berdampak pada harga. Ikan lele yang sudah disortasi berdasarkan ukuran akan meningkatkan pendapatan bagi peternak.

Pembesaran ikan lele

Ukuran ikan lele untuk dikonsumsi umumnya 200 - 300 gram. Ukuran itu dapat dicapai dalam waktu 4 - 6 bulan apabila persyaratan hidup dipenuhi, yaitu makanan bermutu baik dan cukup jumlahnya, kondisi air jernih dan tidak ada gangguan hama dan penyakit.
Di Indonesia, pemeliharaan pembesaran ikan lele biasanya dilakukan sebagai usaha/kegiatan sambilan. Tempat pemeliharaan menurut adanya air, misalnya kolam-kolam pecomberan yang sempit.
Dalam kondisi yang demikian, ikan Lele memang dapat hidup, tetapi pertumbuhannya kurang baik. Makanan yang diberikan biasanya seadanya. Karena itu data tentang pertumbuhan ikan lele yang dipelihara oleh petani di Kabupaten Blitar misalnya, dalam 1 tahun ikan lele baru mencapai ukuran 100-150 gram. Karena itu seyogyanyalah teknik pembesaran ikan lele diperbaiki, agar produksi dapat meningkat.

A. Pembesaran Lele di Kolam
Kolam untuk membesarkan ikan lele hendaknya tidak mudah mengalami kebocoran, karena lele mudah meloloskan diri dari lubang-lubang yang mungkin ada. Kedalaman air seyogyanya antara 0,5 meter sampai 1 meter. Permukaan air 25 cm dari bibir kolam, supaya lele tidak mudah meloncat keluar. Tanggul harus tegak lurus. Untuk pengamanan, disarankan juga untuk memasang pagar dari bahan yang licin, seperti plastik gelombang, yang dipasang tegak di tepian kolam. Kolam pembesaran lele dapat berupa kolam tanah ataupun kolam dari beton/semens Ukuran kolam tidak tertentu. Namun perlu dikemukakan bahwa kolam yang sempit lebih mudah untuk mengawasinya daripada kolam yang besarkan lele dapat dipehhara dalam kepadatan tinggi karena oksigen bisa diambilnya dan udara.
Menurut data yang dikemukakan oleh Huet (1975) pw duksi pembesaran ikan lele di Thailand/lapat mencapal 1000 kg (1 ton) per are (1 are = 100 m2) makanan yang di berikan berkadar protein 25 % dan faktor konversinya 6. Hal ini dapat tercapai karena kolam yang terkontrol terhadap hama dan penyakit. Kolam dibuat dan beton. Airnya bersih, bebas dari pencemaran, sering-sering air dapat berganti walaupun tidak terlalu deras.
Di Indonesia, kolam untuk pembesaran lele, apabila digunakan kolam yang dasarnya tanah, memungkinkan untuk dipupuk supaya makanan alami di dalam kolam menjadi banyak.
Adapun persyaratan kolam dan airnya dapat dirinci sebagai berikut :
  • Air tergenang atau setengah tergenang dengan kecepatan aliran sampai 10 liter per menit Apabila air terlalu aLs mungkin kurang cocok untuk lele, karena ikan lele memang sifatnya tidak cocok untuk hidup di air deras. , .
  • Kolam dapat dari tanah atau dan semen.
  • Air selalu diganti, walaupun tidak perlu terlalu sering Maksudnya agar kotoran-kotoran yang terkumpul , baik dari ikan itu sendiri maupun hasil pembusukan sisa-sisa makanan tidak tertumpuk. Air yang mengandung bahan-bahan pengotor, baik yang terlarut maupun yang mengendap, seperti amonia, misalnya, mempunyai sifat menghambat pertumbuhan ikan (growth inhabiting actor). Jadi air harus segar dan bersih agar pertumbuhan ikan lebih cepat.
  • Untuk menjaga masuknya hama dan penyakit ikan, perlu dipasang saringan.
  • Kolam-kolam yang memperoleh air yang kurang baik dan tidak dapat dikendalikan, bukan berarti tidak dapat dipakai untuk memelihara lele. Karena lele daya tahannya relatif tinggi terhadap kondisi air yang jelek. Lele dapat hidup di kolam comberan yang sempit sekalipun. Tentu saja, produksinya tidak dapat dicapai setinggi kolam yang kondisinya serba baik. Naawn demikian, memelihara lele di kolam-kolam pekarangan dan comberan, dapat dianjurkan, sekedar untuk konsumsi keluarga.
B. Pemeliharaan Lele dalam Pecomberan
Comberan ialah air kotoran atau limbah, khususnya limbah rumah tangga, yang tidak tersalur dengan baik sehingga akan menimbulkan masalah pengotoran yang dapat menjadi sumber penyakit karena lingkungan meniadi lembap bahkan becek. Jika air comberan ditampung di dalam kolam atau bak khusus, maka dapat juga dipakai untuk memelihara ikan lele Tetapi dengan syarat kolam comberan itu tidak mengandung larutan air sabun ataupun deterjen.
Di kampung-kampung yang jauh dari kota, agaknya orang tidak terlalu banyak mempergunakan sabun dan deterjen sehari-harinya. Maka kolam comberan yang dibuat di belakang atau samping rumah dapat dipakai untuk memelihara berbagai jenis ikan. Ikan yang dipelihara di pecomberan gemuk-gemuk karena limbah yang ditampung jus mengandung sisa-sisa nasi, lauk-pauk yang tidak termakan. Bahkan kotoran manusia (tinja) juga terbuang ke dalam kolam tersebut sehingga juga dimakan oleh ikan yang dipelihara.
Ikan lele justru lebih cocok dipelihara di dalam pecomberan yang kotor tetapi tidak mengandung sabun, dibanding dengan jenis ikan lain. Karena ikan lele tahan hidup dalam keadaan air tergenang. Ikan lele dapat menyembul ke permukaan air untuk mengambil napas dari udara. Lagipula ikan lele tahan terhadap keadaan air yang agak busuk sekali pun.
Sejak dahulu, penduduk di perkampungan sekitar kota Jakarta, banyak yang memelihara lele di pecomberan. Tetapi dewasa ini sudah sedikit kita temukan orang memanfaatkan pecomberan karena sekarang banyak dipakal deterjen atau sabun coiek yang sangat keras sehingga lele tidak mungkin hidup di tempat pecomberan yang menampung limbahnya.
Beberapa tahun terakhir ini, seorang penduduk di desa Siwarak, Ungaran-Jawa Tengah, Bapak Mulyono Blanten, telah membuat kolam comberan khusus untuk memelihara ikan lele di pekarangan rumahnya. Usaha itu telah berlanjut menjadi usaha rumah tangga yang cukup lumayan hasilnya.

1. Konstruksi kolam/bak
Untuk menampung air limbah rumah tangga, dibuat kolam dengan menggali tanah sedalam 75 cm - 80 cm, lebar 2 m, panjang 4 m. Dapat juga ukurannya diperkecil menjadi panjang 1,5 m, lebar 1 m, dan dalam 75 cm. Kolam itu dasar dan dindingnya disemen (ditembok) supaya tidak bocor. Tinggi tembokan dindmg tegaknya dilebihi sampai 25 cm di atas permukaan tanah. Bibir tembokan itu dibuat sedikit menjorok ke dalam supaya lele sukar melompatinya. Pada salah satu dinding sisi dipasang pipa sebagai lubang pelimpasan air, jika terjadi hujan lebat, agar bak tidak terlalu penuh dan luber (Gambar 13).
Lele suka bersembunyi di tempat gelap dan teduh maka di dasar bak dipasang batu-batu atau genting tersusun sedemikian rupa sehingga lele dapat bersembunyi di bawah/di sela-selanya.
Di sekitar kolam ditanami tanaman sebagai peneduh, misalnya keladi dan singkong yang daun dan umbinya bermanfaat. Untuk sementara dapat juga sebagian bak ditutup dengan meletakkan anyaman bambu di atasnya
Supaya air tidak mudah limpas, maka pengisian bak sebaiknya hanya sedalam 50 cm saja, lagipula supaya
Lele tidak mudah melompat keluar. Bak/kolam semen yang baru saja dibuat dinetralkan dulu dengan merendam sabut kelapa secukupnya selama 2 - 3 hari, seperti telah diuraikan pada bab di muka.

2. Penebaran benih
Benih lele yang mulai dipelihara sebaiknya berukuran 3 - 5 cm. Kepadatannya 400 ekor pada kolam 8 m2 (50 ekor/m2).

3. Pengelolaan
Masa pemeUharaan di kolam comberan adalah 6 bulan. Ke dalam kolam tersebut dimasukkan air limbah dan dapur berikut sisa-sisa makanan. Kolam comberan Pak Mulyono di Ungaran ini juga diisi dengan kotoran manusia yang juga akan dimakan oleh lele. Dapat juga diben pakan berupa daging bekicot yang dicacah, bungkil kelapa, bungkil kacang, ampas tahu, dan sebagainya yang sekiranya mudah didapat dan harganya tidak mahal.
Setelah dipelihara selama 2 bulan, benih lele akan menjadi 10 cm panjangnya, diadakan penjarangan. Diambil 60 % dari jumlah lele yang ada di situ, dan lele itu dapat dikonsumsi sendiri sebagai panen yang pertama.
Dua bulan kemudian, jadi sudah 4 bulan pemeliharaan, lele tumbuh menjadi 15 cm panjangnya. Pada saat diadakan penjarangan lagi, dengan mengambil 60 % lagi dari yang ada, kira-kira sejumlah 90 ekor yang dapat dikonsumsi sebagai lauk yang merupakan panen kedua.
Sisanya masih ada 70 ekor, dipelihara lebih lanjut selama 2 bulan lagi. Ketika dipanen yang terakhir itubesarnya mencapai ukuran 4 - 5 ekor/kg. Maka panen akhir itu dapat diperoleh ikan lele sebanyak 15 kg dengan ukuran yang cocok untuk konsumsi di restoran. Sehingga panen akhir itu pun dapat dijual ke restoran dengan harga yang amat baik.
Ada segi yang perlu mendapat perhatian bagi penyelenggara pembesaran di pecomberan. Mengingat kotornya air, apalagi jika diberi makan tinja, ada kekhawatiran lele itu dikotori oleh bakteri yang mungkin pathogen bagi manusia! Berhubung dengan itu, sebelum lele dimasak, harus diberok selama 2 - 3 hari. Cara memberok ialah ditaruh di dalam keranjang, lalu direndam di dalam air yang mengalir, agar kotoran-kotoran dan bakteri-bakteri tercuci dari badan lele.

4. Pemupukan
Apabila pemeliharaan ikan lele di sawah atau kolam yang dasarnya tanah, maka pemupukan khusus ditujukan untuk memperbanyak jenis makanan alami yang disukai oleh ikan lele itu. Telah dikemukakan dalam bab terdahulu bahwa makanan alami ikan lele adalah orga- nisme hewani, baik yang hidup di dasar perairan maupun yang melayang-layang di air. Pupuk yang baik untuk memperbanyak organisme hewani itu ialah pupuk organik.

Jenis-jenis pupuk organik itu ialah :
  • Berbagai jenis daun-daunan (pupuk hijau). Daun-daun tumbuhan yang tidak terpakai, seperti tanam- tanaman pagar, misalnya daun kipait, daun kembang sepatu, daun keji beling, dan sebagainya, bahkan rumput-rumputan dan jerami dapat dijadikan pupuk untuk kolam lele.
  • Sampah dapur dan sampah pasar yang berupa bahan-bahan yang mudah busuk dapat dipakai sebagai pupuk, tetapi harus dipisahkan dari bahan yang tidak dapat membusuk seperti plastik dan bahan-bahan kaleng dan kaca/gelas.
  • Pupuk kandang yang terdiri atas kotoran berbagai jenis hewan, baik sekali untuk pupuk kolam.
  • Kompos, hasil pembusukan dan fermentasi bahan- bahan organik ini terkenal bagus untuk pupuk yang dapat memperbanyak organisme hewani di kolam.
Cara pemupukan :
Cara pemakaian pupuk organik di kolam ialah :
Diaduk dan dibenamkan di dalam lumpur dasar kolam secara merata.
Dionggokkan di sudut-sudut kolam di dekat tempat pemasukan air. Pupuk itu dimasukkan ke dalam keranjang yang tidak terlalu kedap lubang-lubangnya. Keranjang berisi pupuk itu direndam dengan pancang yang ditancapkan di kolam agar tetap di tempatnya. Atau dibuat bilah-bilah bambu atau kayu agar pupuk itu tidak berserakan. Pupuk organik itu akan membusuk sedikit demi sedikit. Dalam prose pembusukan itu akan dihasilkan unsur-unsur hara di dalam air.
Unsur hara ini terutama akan menyuburkan pertumbuhan plankton nabati. Plankton nabati adalah makanan dari zooplankton (jasad renik hewani) dan larva serangga serta cacing-cacing. Zooplankton dan cacing-cacing adalah makanan ikan lele.
Zooplankton dan larva serangga serta cacing-cacing dapat juga secara langsung memakan bahan organik yang membusuk. Bau pupuk yang membusuk di dalam kolam dapat menarik serangga-serangga untuk bertelur.
Pupuk organik untuk kolam ikan lele dapat digunakan dalam dosis tinggi, yaitu 10 ton per ha per tahun Pemupukan dapat dilakukan 2 x per tahun, masing- masing sebanyak 5 ton per ha.
Pemupukan sebaiknya diatur bertahap. Pemupukan pertama ialah pada waktu persiapan kolam atau sebelum ikan ditebarkan. Dosis pemupukan pertama 3 ton per ha, atau 30 kg per are (1 are = 100 m2). Sisanya, sebanyak 2 ton dipakai sebagai pupuk susulan; atau sebulan sekali kolam diberi pupuk lagi sebagai tambahan, masing-masing 10 % dari dosis, yakni 0,5 ton per ha atau 50 kg per are. Dalam jangka waktu pemeliharaan 5 bulan dilakukan 4 kali pemupukan susulan masing-masing berselang 1 bulan.
Pengaturan pemberian pupuk demikian itu didasarkan atas perhitungan bahwa pupuk kandang akan membusuk perlahan-lahan, dan dalam 1 bulan sudah mulai habis. Tetapi jika ditambah dengan pemupukan susulan kesuburan kolam akan tetap dapat dipertahankan.
Mengenai pupuk buatan seperti UREA, TSP, DS, tidak dianjurkan untuk kolam ikan lele karena pupuk buatan itu tidak secara langsung menumbuhkan organisma pakan lele melainkan memperbanyak fitoplankton saja.
Pada umumnya pupuk kalsium atau kapur kerapkali dipergunakan untuk kolam ikan. Dengan pengapuran, kolam dapat dipertahankan supaya keadaan pH stabil. Penggunaan kapur untuk kolam lele terutama ditujukan untuk pemberantasan penyakit, karena kapur hanya berguna untuk memperbaiki asimilasi fosfat dan nitrat (unsur-unsur hara yang penting dalam pertumbuhan fitoplankton). Sedangkan fitoplankton kurang diperlukan pada pemeliharaan ikan lele. Bahkan harus diketahui bahwa penggunaan kapur dapat membunuh organisme hewani seperti cacing-cacing dan larva insekta. Penggunaan kapur pada kolam ikan lele harus dilakukan agak lama sebelum kolam dipakai untuk pemeliharaan lele. Setelah penebaran kapur berlangsung semmggu, hama/penyakit sudah terbasmi, barulah kolam dusi air m untuk menumbuhkan jasad renik, lalu menyusul penebaran benih lele.

5. Mortalitas
Apabila kondisi air dan makanan yang diberikan serba cukup, kematian (mortalitas) ikan lele sangat kecil. Dalam usaha pembesaran, yang lamanya 6 bulan bahkan ada yang sampai 1 tahun, tidak jarang 90 % ikan lele yang dipelihara dapat dipanen kembali. Secara alamiah daya tahan ikan lele terhadap kondisi lingkungan yang buruk relatif tinggi.
Apabila dikelola dengan baik ikan lele relatif tahan terhadap penyakit. Dapatlah dikatakan bahwa apabila rangkaian kegiatan pengelolaan kolam, yakm pergantian
air seminggu sekali, makanan tambahan per hari 3 – 5 % dari berat badan, mutu makanan tambahan balk (20 – 25 % protein), pengontrolan terhadap hama dan penyakit secara preventif, semuanya dijalankan dengantekun, maka mortalitas pada ikan lele tidak perlu dikhawatirkan. Hal ini sesungguhnyajuga berlaku pada pemehharaansemuajenis ikan.

6. Kepadatan
Dalam usaha budidaya yang intensif, dalam suatu unit areal kolam diusahakan agar dapat dipelmara ikan sebanyak mungkin. Untuk ikan lele, kepadatan penebaran dapat lebih tinggi daripada untuk ikan lam dalam kondisi air yang sama. Maksudnya, suatu kolam di mana keadaan air tergenang atau sedikit aliran air (stagnant dan/atau semistagnant). Jika untuk memelihara ikan tawes atau karper, hanya mampu mencapai kepadatan 3 ekor/m2 Sedangkan untuk memelihara ikan lele dapat mencapai kepadatan 5 sampai 50 ekor per m menurut besarnya lele yang dipelihara.

7. Produksi kolam pembesaran lele
Dari 100 m2 kolam yang ditebari ikan lele sebanyak 1000 ekor, lama pemeliharaan setahun dihasilkan 80 % x 1000 = 800 ekor yang beratnya 150 gram/ekor. Sehmgga hasilnya : 120 kg/100 m2 (are) Produksi persatuan areal itu cukup luas, sehingga sulit atau tidak cocok jika diperhitungkan dalam areal hektaran.
Di Thailand, di sekitar kota Bangkok, terdapat cukup banyak perkolaman pemeliharaan ikan lele. Jemsnya sama seperti yang dipelihara di Indonesia, yakin Glorias batrachus. Jadi bukan lele bangkok yang nama ilmiahnya Pangasius sutchif Suatu kolam yang luasnya 20 x 20 m2 dan kedalamannya 2,5 m di Bangkok itu dipakai untuk memelihara ikan lele dengan kepadatan 40 - 50 ekor/m2. Benih ikan yang ditebarkan mula-mula sebanyak 48.000 ekor benih gelondongan ukuran 6 cm (80 ekor/kg). Jadi pada kolam 400 m2 tersebut ditebari benih sebanyak 600 kg. Setelah masa pemeliharaan 5 bulan, dapat dipanen berupa ikan konsumsi yang besarnya 200 gram per ekor, panjangnya 25 cm. Hasil yang diperoleh sebanyak 4.300 kg. Dengan demikian ada satu kemungkinan bahwa ikan lele dapat mencapai produksi 107.500 kg/ha/musim (5 bulan). Jika dapat memelihara 2 x masa tanam per tahun, maka dapat diperhitungkan jumlah produksi 215.000 kg/ha/tahun.
Penting untuk diketahui bahwa di Bangkok itu ransum yang diberikan kepada ikan lele terdiri atas 90 % daging ikan sisa-sisa (trash fish) yang dicacah dan 10 % beras pecah. Ransum itu diberikan kepada ikan lele sebanyak 5 % berat badan ikan per hari. Konversi makanan ersebut 6 : 1, berarti 6 kg makanan menjadi 1 kg dagingkan.
Mengenai jenis dan mutu ransum untuk ikan lele di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Para petani di Blitar, misalnya, mempergunakan daging keong racun (bekicot) yang dicacah, dicampur dengan dedak. Tetapi perbandingannya tidak tertentu. Maka hasil pertumbuhan ikan lelenya tidak begitu pesat. Dalam satu tahun kan lele itu baru mencapai berat 100 gram saja.
Berbeda dengan ikan karper yang sudah diusahakan secara besar-besaran, di Indonesia saat ini pemeliharaan ikan lele masih dalam tahap kecil-kecilan saja. Beberapa faktor penghambatnya ialah penyediaan benih terbatas dan perkembangan harga yang belum setinggi ikan karper, pertumbuhannya lambat, dan sebagai ikan yang karnivora, memerlukan makanan tambahan yang banyak mengandung protein hewani supaya dapat berkembang menjadi industri.

8. Penyakit dan Pemberantasannya
Sebagaimana halnya ikan-ikan lain, ikan lele juga dapat terserang berbagai penyakit. Berbagaijenis penyebab penyakit ikan seperti bakteri, virus, Lernaea, cacing Dactylogyrus,dsin sebagainya telah tersebar luas dan diduga selalu dan pasti ada di semua perairan. Oleh karena itu penularan cepat terjadi. Penyakit ini dapat dihindarkan apabila kondisi tubuh ikan itu selalu baik, sehingga daya tahan terhadap penyakit menjadi tinggi.
Berbagai jenis obat pencegah, perlu diberikan pada waktu ikan-ikan diangkat dari kolam, sehabis diangkut dari atau ke daerah lain, atau sewaktu ikan dipindahkan dari kolam ke kolam lain. Namun demikian sesudah ikan dipindahkan dari kolam ke kolam lain, kemungkinan untuk terkena penyakit juga tetap saja ada. Maka cara yang dapat dianjurkan untuk menghindarkan penyakit ialah memelihara ikan-ikan sebaik mungkin, menciptakan kesegaran air, dan memberi makanan yang cukup.
Sejak beberapa tahun terakhir ini kerapkali ikan-ikan di negara kita terserang penyakit yang menimbulkan banyak kerugian. Ikan-ikan yang mati dapat mencapai berton-ton jumlahnya. Dapatkah ikan yang terkena penyakit itu dimanfaatkan ? Dapat !
Di Thailand pernah terjadi wabah besar yang menyebabkan banyak kematian ikan lele dan ikan mas yang dibudidayakan secara besar-besaran di sana. Maka bangkai ikan yang baru aja mati (belum busuk) dibuat tepung ikan. Di Thailand juga dibuktikan bahwa ikan yang terkena penyakit bakterial dapat dimakan orang jika tebih dahulu direbus hanya dalam waktu 5 menit saja, tidak berbahaya bagi manusia yang memakannya. Lebih-lebih jika digoreng di dalam minyak yang begitu panas, tentu lebih aman lagi. Jadi memakan ikan me mang seharusnya dimasak sampai benar-benar masak, angan hanya masak di luarnya saja !
Adapun jenis-jenis penyakit yang diketahui menyerang ikan lele ialah :

8.1 Penyakit bintik putih
Penyakit ini disebabkan oleh protozoa (binatang bersel satu) Ichthyophthirius multifiliis. Gejala yang timbul berupa bintik-bintik putih pada permukaan kulit dan juga insang ikan. Pada ikan yang kena penyakit cukup parah, kulit ikan dan irisangnya segera rusak dan tidak berapa lama akan mati.
Penyakit ini banyak timbul pada kolam yang airnya tidak berganti (air tergenang). Pada air yang mengalir, penyakit inijarang terjadi.

Pencegahan
Untuk mencegah agar tidak berjangkit penyakit bintik putih, air kolam harus sering diganti atau dialir air baru yang segar dan jernih

Pengobatan
Apabila ikan sudah telanjur terserang penyakit ini biasanya sulit disembuhkan. Usaha yang perlu didahulukan ialah bagaimana supaya penyakit ini tidak makin meluas dan menyerang ikan-ikan yang lain.
Pencegahan ini dilakukan dengan cara membuang air kolam. Harus dijaga agar air buangan ini tidak menularkan kepada ikan di kolam-kolam lain.
Kemudian kolam dibiarkan kering selama 2 - 3 hari, lalu diadakan pengapuran dengan kapur yangpanas (CaCO3). Dosisnya 10 kg per 100 m2. Setelah dibiarkan 3 hari, kolam dapat dipakai lagi denganaman.
Beberapa obat yang dapat dipakai untuk mengobati penyakit bintik putih ialah :
Malachyte green. 1 gram (berupa serbuk) untuk air kolam 10 m2, pengobatan diulang setiap 2 hari, dalam 10 hari, ikan akan sembuh. Dalam pengobatan cara ini, apalagi yang dilakukan cukup lama, kolamharus diaerasi dan ikan diberi makanan yang cukup baik.
Formalin. Ikan yang sakit dimandikan setiap hari dengan cara merendam dalam larutan formalin 30 % (dalam dosis 1 : 4000), lamanya perendaman 1 jam.
Garam dapur. Larutan garam dapur sebanyak 30 mg per liter dengan waktu perendaman 1 menit dan dilakukan setiap hari, selama 3 - 5 hari berturut-turut. Cara ini juga dapat menyembuhkan penyakit bintik putih.

8.2 Penyakit bakterial
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas dan Pseudomonas telah banyak dijumpai menyerang ikan lele dan menimbulkan kematian massal pada lele di negeri kita. Wabah ini telah terjadi di akhir tahun 1981, menyerang ikan lele yang dipelihara di kolam maupun yang hidup di perairan umum (danau, sungai, waduk).
Penyakit ini menimbulkan kerusakan pada organ dalam (hati, limpa), daging, dan menimbulkan gejalabisul-bisul yang menyebabkan borok-borok. Jadi, akibatnya memang sangat parah dan sukar diobati.

Pencegahan
Pada umumnya bibit penyakit, apalagi berupa bakteri yang sangat kecil dan sudah tersebar di semua perairan, sukar sekali diberantas sampai tuntas. Karena air merupakan media penular yang membawa bibit-bibit penyakit secara luas. Maka cara pencegahanlah yang harus dipahami benar-benar oleh petani ikan. Harus dimengerti bahwa ikan akan terhindar dari timbulnya wabah penyakit apabila ikan Selalu dalam kondisi yang baik. Kondisi baik artinya makanan cukup, keadaan ingkungan baik, bersih dari segala macam pencemaran, agar ikan-ikan berdaya tahan tinggi untuk membentuk kekebalan alamiah terhadap berbagai penyakit. Tindakan untuk menciptakan kekebalan alamiah itu, tercakup di dalam kegiatan pengelolaan perkolaman dan pemeliharaan ikan.

Pengobatan
Untuk ikan yang telanjur sakit, apabila belum begitu parah, dapat diobati dengan beberapa obat, antara lain antibiotika.

Antibiotika
Obat-obat antibiotika seperti Kemicitin, Tetrasklin, Streptomisin yang berupa serbuk, dicampurkan ke dalam makanan ikan. Dosisnya harus diperhitungkan agar setiap 100 gram berat ikan, dapat .memakan 1mg antibiotika itu per hari. Lama pemberian obat ini 2 - 3 minggu.
Perlu diketahui bahwa apabila piemakaian antibiotika tidak sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan,atau perhitungannya kurang cermat, maka lama-keamaan bakteri akan kebal terhadap obat itu. Akibatnya, obat tersebut tidak mempan lagi untuk memberantas jenis bakteri tertentu.
Antibiotika juga dapat diberikan dengan disuntikkan. Dosisnya, larutan chloramphenicol (kemicitin) 1 : 1,5, sebanyak 1 - 2 ml disuntikkan ke dalam rongga perut (intra abdomincal cavity) untuk setiap beratbadan ikan 200 gram. Penyuntikan perlu diulang setiap 2 - 3 hari sampai jangka waktu 2 minggu. Kalaucara ini berhasil, biasanya dapat terlihat gejala penyebuhan dari hari ke hari.

8.3 Penyakit oleh jamur
Ada jamur yang tumbuh di dalam lingkungan air seperti Saprolegnia dan Achlya. Jamur ini tumbuhpada ikan-ikan yang sebelumnya memang sudah menderita luka-luka, lemah, sakit, atau pada ikan yang sudah mati. Jamur juga menyerang telur ikan yang gagal menetas, dan kemudian menulari telur-telur lain yang sehat.
Jamur terdapat di setiap jenis perairan air tawa terutama yang mengandung banyak bahan organik. Jamur itu hidup sebagai saprofit pada jaringan tubuh bukan merupakan penyakit sejati, karena jamur tidak dapat menyerang ikan yang betul-betui sehat. Melainkan menyerang ikan yang luka-luka atau sudah lemah.
Jamur, khususnya Saprolegnia, dapat menyerang semua jenis ikan di segala macam lingkungan. Tanda adanya jamur ini terlihat sebagai serabutputih seperti kapas yang tumbuh pada bagian tubuh ikan yang teruka. Ikan yang diperlakukan kurang cermat waktu penangkapan, dan pengangkutan, sering menderita luka-l uka yang kemudian terserang jamur.

Pencegahan
Ikan jangan sampai terluka, dengan cara penangan an yang cermat, tidak menempatkan ikan dalam tempat yang sempit sehingga berdesakan.
Pengobatan
Penyakit ikan yang disebabkan oleh jamur dapa diobati dengan tiga cara, yaitu direndam larutan kalium permanganat, larutan garam dapur, dan larutan malachyte green. Ikan direndam dalam larutan Kalium permanganat 1 gram per 100 liter, selama 60 - 90 menit. Ikan direndam dalam larutan garam dapur (10 gram per liter) selama 1 menit.
Kerap kali para ahli menganjurkan untuk mengobati penyakit jamur dengan larutan malachyte green. Serbuk malachyte green dilarutkan dalam air sebagai larutan buku (1 mg serbuk dilarutkan dalam 450 ml air). Untuk merendam ikan, 1 - 2 ml larutan baku itu dilarutkan (diencerkan) dalam 1 liter air, untuk dipakaimerendam ikan selama 1 jam.
Pada penetasan telur ikan, juga sangat perlu untuk dibiasakan mengobati dengan cara merendam telurikan di dalam malachyte green. Dosisnya 1 gram per 200 liter air, lamanya perendaman ½ sampai 1 jam.
Pencegahan jamur pada telur ikan ini sangat perlu apabila telur ikan ditetaskan di dalam corong-corong penetas pada pembenihan ikan secara buatan.

8.4 Penyakit lain
Berbagai jenis penyakit yang menyerang ikan, selalu ada kemungkinan juga menyerang ikan lele. Tetapi sampai saat ini belum ada data yang pasti mengenai jenis-jenis penyakit lainnya. Penyakit Lernaea pernah dijumpai menginfeksi ikan lele tetapi tampaknya tidak mematikan. Memang jenis-jenis ikan mempunyai kekebalan yang berbeda terhadap berbagai penyakit. Sesuatu parasit dapat menghinggapi seekor ikan, tetap ikannya tidak menjadi sakit, melainkan menjadi penyebar atau penular bagi ikan-ikan jenis lain yang peka.

9. H a m a
Yang dimaksud dengan hama ialah binatang-binatang yang menyebabkan matinya atau hilangnya ikankarena dimakan atau dirusak tubuhnya. Hama ikan yang dimaksud adalah binatang-binatang yang agak besar ukurannya, jadi lain dengan parasit yang menyebabkan suatu gejala penyakit. Hama dibedakan dari parasit atau penyakit karena hama tidak menimbulkan imunitas pada ikan, sedangkan penyakit dan parasit menimbulkan daya tahan tersebut.
Hama ikan itu antara lain : serangga yang menusuk dan mengisap ikan sampai mati. Misalnya, bebeyasan (bahasa Sunda), insekta genus Notonecta. Serangga ini datang menyerbu kolam pemeliharaan ikan dalam jumlah besar. Apabila kolam dipupuk dengan bahan organik biasanya dia datang berbondong-bondong. Terutama ikan-ikan kecil mati ditusuk dan diisap cairan tubuhnya oleh serangga ini. Serangga Notonecta ini kira-kira ebesar butiran beras, karena itu oleh orang Sunda disebut bebeyasan (beyas = beras). la dapat terbang berpindah dari satu kolam ke kolam lain. Korban benih ikan yang disebabkan oleh hama ini dapat cukup besar. Cara pemberantasannya pun sulit karena serangga ini segera terbang meninggalkan kolam apabila kolam diberi obat yang dapat mematikannya.
Petani mencari akal dengan menuangkan minyak tanah dan sedapat mungkin meratakan minyak itu di permukaan kolam, agar serangga yang muncul ke permukaan air, akan mengisap minyak tanah, lalu mati. Tentu saja minyak tanah tidak boleh terlalu banyak di tuangkan ke dalam kolam pemeliharaan ikan, karena akan meracuni ikan. Maka itu tidak dianjurkan.
Pemakaian pestisida juga belum dapat dianjurkan, karena belum diteliti dan belum ditemukan jenis insektisida yang efektif terhadap pemberantasan serangga Notonecta ini. Walaupun demikian untuk ikan lele bahaya serangga ini tidak begitu besar, karena ikan lele yang masih kecil biasanya dipelihara di dalam kolam kecil yang mudah diawasi. Petani yang rajin, jika melihat di kolam ada Notonecta, akan segera membersihkan kolamnya dengan sebuah waring untuk menyerok serangga itu, lalu mematikannya. Jadi, secara mekanis saja. Untunglah untuk ikan yang sudah agak besar, Notonecta tidak begitu membahayakan.
Serangga lain yang sering menyerang ikan dengan menusuk dan mengigitnya sampai mati ialahjentik-jentik dari capung. Untunglah jentik capung ini tidak begitu banyak jumlahnya dan tidak pernah ada data penyerangan hebat dari capung ini.
Hama lain yang harus diperhatikan ialah binatan mamalia (binatang menyusui) seperti linsang, kucing liar, musang air atau berang-berang. Binatang jenis ini secara periodik dapat menyerbu suatu kolam atau sawah di mana ikan dipelihara. Dapat datang sendiri-sendiri tetapi kadang datang berbondong-bondong. Binatang ini terjun ke air, mengejar dan menangkap ikan, dan memakannya sampai kenyang. Karena itu dapat menghabiskan seisi kolam dalam waktu 1 - 2 malam berturut-turut. Berang-berang itu pada siang hari berdiam di sarang- sarangnya di rimbunan tumbuhan di daratan di sekitar perkampungan atau tepi hutan. Pemberantasannya dengan menangkap habis (membasmi) binatang ini. Jadi seperti tikus hama padi, daya upaya orang untuk memberantasnya dengan berbagai akal dan cara. Kalau perlu ada juga dipergunakan racun. Kepekaan berang-berang terhadap racun juga seperti halnya tikus.
Membersihkan semak-semak di sekitar perkampungan merupakan usaha agar berang-berang tidak memperoleh lingkungan hidup yang baik.
Ada orang yang mencoba menangkap berang-berang dengan memasang perangkap. Tetapi hasilnya tentu tidak dapat memberantasnya secara tuntas.
Berbagai jenis binatang pemakan ikan merupakan hama yang cukup serius dan harus diperhatikan. Pada kolam pemeliharaan yang letaknya di pekarangan, burung mudah dihalau, sehingga tidak menimbulkan banyak kerugian. Tetapi untuk pemeliharaan di sawah, burung ini cukup merisaukan. Cara pemberantasan juga sulit; sama halnya dengan masalah burung pemakan padi.
Binatang lain, seperti ular, ikan-ikan buas seperti ikar. gabus, belut dan bahkan katak, juga merupakan hama bagi ikan yang dipelihara termasuk ikan lele. Cara pemberantasan yang efektif dan tuntas juga belum di peroleh. Usaha sedapat mungkin iyalkah yaitu menangkap sewaktu terlihat didalam atau doi sekitar kolam.
Terakhir yang dapat juga di sebut musuh peternak ikan iyalahpencuru (bukan hama) pencurian adalah pemhambat bagi setiap usaha.

10. Modernisasi budidaya ikan lele
Usaha budidaya ikan lele belum di selenggarakan oleh secara moderent dan intensif cara pemijahan dan dan pembesaran masih secara kecil-kecillan dan hasilnya belum memuasakan.

Hal–hal tersebut di bawah ini perlu terus menurus di tingkatkan yaitu :
  • Percobaan pemijahan dan ransangan hormone.
  • Meneteskan telur yang dihasilkan di dalam corong penetesan agar terkontrol dengan dengan maksud menekan mortalitasnya sekecil mengkin.
  • Mengadakan percobaan tentang sususnan makanan ikan lele agar perumbuhan cepat namun harga makanan harus memadai nilai produksinya.
  • Mengadakan percobaan untuk menanggulangi penyakit dan hama.

Pembibitan Lele Dumbo, Mengambil dan mempersiapkan larutan hipofisa

bibit lele

Untuk merangsang telur yang sudah dewasa di dalam gonada, induk betina lele dumbo itu perlu disuntik dengan suatu hormon yang disebut Gonada Stimulating Hormone (GSH). GSH itu terdapat dan dihasilkan oleh kelenjar hipofisa atau disebut juga kelenjar pituitari. Setiap ikan (juga makhluk bertulang belakang lainnya) mempunyai kelenjar hipofisa yang terletak di bawah otak. Kelenjar hipofisa itu sangat penting fungsinya di dalam proses perkembangbiakan, ukurannya kira-kira hanya sebesar butir kacang hijau bahkan lebih kecil. Beratnya hanya 2 - 3 mg. 

Kelenjar hipofisa ini menghasilkan hormon GSH sejalan dengan proses kedewasaan kelamin ikannya. Pada ikan yang sudah dewasa hipofisa mengeluarkan GSH lebih banyak dibanding dengan ikan yang belum dewasa benar.

Untuk penyuntikan ikan lele dumbo, diperlukan snjar hipofisa yang diambil dari lele dumbo juga yang orbankan untuk itu. Ikan yang diambil hipofisanya disebut "donor". Sebagai donor juga dapat dipakai ikan mas (Cyprinus carpio) atau ikan lele lokal (Clarias achus). Ikan yang menerima suntikan hipofisa diut "resipien".

Dosis hipofisa
Banyaknya hopifisa yang perlu disuntikkan kepada ikan lele dumbo adalah 3 dosis. Artinya, seekor ikan lele dumbo yang berat badannya 0,5 kg memerlukan hipofisa yang berasal dari ikan donor yang berat badannya 3 x 0,5 kg. Ikan donor seberat 1,5 kg itu dapat terdiri atas 3 ekor yang masing-masing beratnya 0,5 kg atau 2 ekor yang beratnya 1 kg dan 0,5 kg atau dapat dipakal 1 ekor donor yang beratnya 1,5 kg.
Sebagai ikan dbnor sebaiknya dipakal ikan yang sudah dewasa, jantan atau betina boleh dan sama saja.

Cara pengambilan hipofisa
Ikan yang akan dijadikan donor itu dipegang pada bagian kepalanya. Kalau licin pegangannya dapat dibantu dengan kain lap. Sementara bagian kepala dipegang, bagian badan diletakkan di atas talenan sebagai landsannyan Kepala ikan itu dipotong di belakang tutup msangnya sampai kepala putus. Setelah terpotong, bagianatas kepala dipotong/disisir tulang kepalanya di atas mata, hingga tulang tengkorak terbuka dan otak kehhato Otak ini kita singkap dengan menggunakan prnset dan akan kelihatan kelenjar hipofisa berwarna putm sebesar butir kacang hijau di bawah otak itu.

Dengan tetap menggunakan pinset kelenjar hipofisa itu diangkat lalu ditaruh dalam tabung penggerus. Dengan sedikit larutan garam fisiologis, hipofisa itu di sihkan dari darah yang mungkin melekat. Larutan garam bersama kotoran-kotoran dibuang. Lalu kelenjar hipofisa itu digerus sampai hancur. Selanjutnya diencerkan dengan 1 - 1,5 ml aqua-bidest, maka GSH yang terkandung dalam kelenjar hipofisa itu akan terlarut di dalam aquabidest itu. Larutan tersebut kita endapkan (kalau ada gunakan centrifuge; kalau tak ada, biarkan saja beberapa menit sampai larutan itu kotorannya mengendap) Cairan bagian atas dapat diambil dengan tabung injeksi untuk disuntikkan kepada ikan (Imat Gambar 17 : 1 - 8).

Cara penyuntikan hipofisa
Induk betina (sebagai resipien) yang sudah dipersmkan sebelumnya, diambil dari happa. Dipegang dengan bantuan penyerok dari jaring supaya pegangan tidak licin. Penyuntikan di punggung dekat sirip punggung ke dalam dagingnya (intramuskular). Untuk induk lele yang beratnya 0,5 kg sebagai misal tadi, 3 dosis hipofisa yang sudah kita gems diendapkan dan dilarutkan dalam aquabidest 1 ml, diambil 1/3 ml, disuntikkan dahulu (suntikan pertama), lalu ikan itu dimasukkan lagi ke dalam happa terpisah. Selang 4 jam larutan hipofisa yang 2/3 ml tadi disuntikan lagi, lalu ikan dikembalikan ke dalam happa. Tiga jam sesudah penyuntikan kedua induk betina itu sudah dapat kita urut perutnya untuk mengeluarkan telurnya.

Kalau larutan hipofisa tadi dicampur dengan HCG (Human Chorianic Gonadotripin, yaitu hormon yang diekstrak dari air seni orang hamil, HCG itu dibuat oleh pabrik farmasi dan dijual di apotek) pemakaian hipofisa asli dari ikan donor dapat dihemat. Induk betina lele dumbo yang beratnya 0,5 kg cukup disuntik dengan 1 - 1,5 dosis hipofisa ditambah dengan 500 - 1.500 S.I. HCG. Sayangnya HCG di Indonesia tidak dijual bebas, malah mungkin harus diimpor lebih dulu.

Fertilisasi telur tanpa pemijahan (fertilisasi buatan)
Walaupun sudah matang telur dan sudah disuntik dengan hormon, ikan dumbo jantan dan betinanya jika dipertemukan kerapkali tidak juga mau kawin atau memijah sendiri. Maka peternak lebih suka melanjutkan penyurtikan hipofisa itu dengan cara pembuahan (fertilisasi) buatan. Telur dari induk betina diurut sampai keluar semua, lalu dicampur dengan air mani yang dikeuarkan dari induk jantan, di dalam suatu wadah. Setelah terjadi pertemuan antara sperma dan telur, selanutnya telur ditetaskan secara terkontrol pula di dalam bak penetasan menjadi burayak. Burayak juga dipelihara secara cermat agar kelangsungan hidupnya tinggi.

Pengurutan telur
Induk betina yang sudah 3 jam disuntik hormone dosis kedua (terakhir) tidak boleh terlambat diambil dari happa. Sebab kalau terlambat, telur dapat keburu keluar di dalam happa, sehingga menjadi mubazir. Sementara itu telah kita siapkan mangkuk yang cukup besar atau waskom plastik yang dapat diisi air ± 2 liter, serta sebuah bulu ayam untuk mengaduk telur setelah dikeluarkan nanti. Waskom dan bulu ayam itu sebelumnya sudah disterilkan.

Induk ikan kita pegang bagian kepala dengan bantuan lap, agar tidak licin. Sementara tangan kiri memegang kepala ikan, tangan kanan melakukan pengurutan perut ikan itu. Dengan menggunakan ibu jari, telunjuk dan jari tengah, kita mulai menekan dan mengurut perut ikan mulai dari belakang kepala ke^arah dubur. Telur akan keluar dan ditampung dalam waskom atau mangkuk tadi. Pengurutan perut itu diulang 2 - 3 kali sampai telurnya keluar semua. Ini dapat dilakukan oleh satu orang.

Pengeluaran sperma
pada waktu yang bersamaan, satu orang lain menangkap ikan jantan yang sudah dipersiapkan tadi dala happa. Kepala ikan jantan itu dipotong persis di belakang sirip dada. Lalu dengan mempergunakan gunting, perut lele jantan itu digunting sepanjang sisi bawah badannya, untuk mengeluarkan usus dan isi perut lainnya. Maka tampaklah kantong sperma (gonada jantan) yang bentuknya pipih memanjang seperti pita, menempel pada bagian atas rongga perut. Pita gonada jantan itu bercabang 2. Gonada itu diangkat dengan pinset, semuanya ditaruh di dalam suatu cawan. Gonada yang seperti pita berwarna putih itu dipotong-potong, dan dipecahkan serta diurut-urut supaya cairan mani keluar. Lalu cairan mani itu dituangkan ke dalam mangkuk yang sudah diisi dengan telur yang dikeluarkan tadi.

Pembuahan (fertilisasi)
Telur dan air mani di dalam waskom atau mangkuk itu lalu diaduk perlahan-lahan dengan bulu ayam sampai bercampur merata. Setelah beberapa detik saja, telur lalu mengembang, maka dapat diberi air sedikit agar tidak terlalu kental. Telur yang telah dibuahi, akan menempel pada bulu ayam. Tetapi penempelannya tidak terlalu lekat. Segeralah telur itu dimasukkan ke dalam sebuah bak yang berisi air bersih, dan dipasangi/ditebar ijuk. Penebaran telur ke dalam bak penetasan itu harus merata, agar telur dapat melekat pada ijuk secara merata pula.

Proses pengadukan telur dengan sperma ini harus di lakukan secara halus dan cepat, karena telur yang sudah dibuahi dapat menempel satu sama lain alias bergumpal. Kalau sampai bergumpal tentu hasil penetasannya kecil, karena banyak yang mati.

Bak penetasan telur
Untuk penetasan telur yang telah dibuahi, disediakan bak penetasan yang cukup dangkal dan tidak terlalu besar. Dapat dipakai bak dari fiber-glass atau bak dari semen asalkan bersih. Ukurannya 1 x 2 meter atau 0,5 x 1 meter, kedalaman 0,5 meter. Ijuk yang sudah dibersihkan dan dijemur dimasukkan ke dalam bak, sehingga melapisi dasar bak itu. Ijuk itu sebagai "kakaban" tempat telur ikan lele melekat. Apabila induk-induk yang akan diambil telumya banyak, maka dapat disediakan beberapa buah bak penetasan.
Dinding bak penetasan sebaiknya diberi lubang lubang kecil kira-kira 5 cm dari bibir bak. Dengan demikian air dapat diatur selalu dialiri air baru dan ada air yang keluar dari lubang-lubang itu, sedangkan bak tidak akan luber. Air dapat dialirkan ke dalam bak penetasan tu dengan menggunakan slang yang kecil menjulur sampai dasar bak. Pada bak itu juga dipasang aerator, supaya kadar oksigen di dalam air tetap mencukupi bagi telur yang ditetaskan.

Untuk mengisi bak penetasan, harus menggunakan air bersih dan tidak membawa bibit penyakit. Sebaiknya diambil dari air sumur. Air PAM tidak boleh dipergunakan sebab mengandung klorin.

Dalam waktu 24 jam, pada suhu yang normal di Indonesia, telur lele dumbo akan menetas. Burayak yang baru menetas sangat kecil hingga sulit dilihat dengan mata telanjang. Selama tiga hari setelah menetas, burayak masih menyerap kuning telurnya sendiri, dan belum dapat makan. Maka di dalam bak penetasan itu, tidak perlu diberi pakan untuk burayak. Pada hari kedua setelah telur menetas biasanya terlihat berwarna putih, lalu ditumbuhijamur. Telur yang tak menetas juga harus dikeluarkan dari bak, dengan mempergunakan serokan kecil atau menggunakan sebuah slang kecil untuk menyedot telur yang bangkar itu beserta kotoran air keluar.

Aerator harus dijaga agar selalu bekerja dengan baik. Pada hari ketiga, burayak dipindahkan ke dalam bak pengipukan yang sudah dipersiapkan. Bak pengipukan hendaknya diletakkan di bawah atap, agar terlindung dari perubahan cuaca dan tidak kena hujan secara langsung, mengingat burayak itu masih lemah.

Bak atau kolam pengipukan
Kolam pengipukan sebaiknya dibuat dari semenan, yang ukurannya dapat disesuaikan dengan luas ruangan. Yaitu berkisar antara 2 - 10 m2 atau volume air 2 - 10 ton, dengan kedalaman 0,5 - 0,75 m. Bak ipukan dipasang di bawah atap.

Apabila memungkinkan, sebaiknya air di dalam bak ipukan selalu mengalir lambat-lambat, cukup 2 - 3 liter per detik. Jika ada aliran air, maka tidak perlu benar diberi aerator, mengingat burayak lele dumbo dapat mengambil pernapasan dari udara.

Padat penebaran dalam bak ipukan dapat mencapai 100 - 200 ekor/m2.
Tiga hari pertama di dalam bak pengipukan burayak lele diberi pakan binatang-binatang renik seperti Brachionus dan Moina yang masih kecil-kecil. Brachionus dan Moina itu dikultur di tempat tersendiri. Hari keempat, pakan dapat diganti dengan nauplii danArtemia yang baru ditetaskan, atau Moina yang sudah besar dan Daphnia (dikultur tersendiri pula).

Setelah 10 hari, burayak dapat diberi pakan cacing tubifex yaitu cacing pecomberan yang kecil-kecil itu.
Pengipukan dilakukan selama 2 minggu saja, diperkirakan burayak lele dumbo sudah cukup kuat dangesit untuk dipindahkan dan dipelihara lebih lanjut di dalam kolam pembenihan di luar, tanpa atap.
Perlu diperhatikan, apabila pakan hidup diperoleh dari tempat-tempat umum (pecomberan) harus dibersihkan lebih dahulu agar tidak membawa benih penyakit yang dapat menulari burayak lele yang dipelihara. Maka dianjurkan agar peternak lele memelihara sendiri binatang-binatang renik yang disebutkan dj atas. 

Pakan bagi burayak lele dalam ipukan juga dapat diberikan dalam bentuk butiran halus dari adonan semacam roti yang mengandung banyak protein hewani (tepung ikan< kuning telur dicampur sedikit tepung terigu, dan ragi, lalu dikukus). Tetapi pakan buatan itu menyebabkan airnya cepat kotor. Oleh karena itu pemberian pakan harus sedikit demi sedikit dan air harus sering diganti (sebagian atau seluruhnya).
Pakan alami yang terdiri atas binatang-binatang renik lebih dianjurkan, karena selalu memberikan hasilyang lebih baik : burayak lebih sehat dan cepat besar.

Cara budidaya lele dumbo di tempat yang sempit

kolam lele

A. Pembuatan Tempat
Pembuatan tempat merupakan factor utama dalam cara ternak lele. Dalam pembuatan tempat atau kolam lele di bagi menjadi dua jenis atau tipe kolam, yaitu kolam beton dan kolam terpal. Kolam yang pertama adalah kolam beton. Faktor yang paling penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan kolam beton adalah sebagai berikut: 

B. Kolam Beton
Faktor yang paling penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan kolam beton adalah sebagai berikut:
  1. Lokasi pembuatan kolam
  2. Luas lokasi pembuatan kolam
  3. Tinggi kolam minimal 80cm
  4. Ketebalan beton kolam, ketebalan dasar kolam serta ketebalan diding kolam
  5. System keluar masuk air dan pengaturan debit air.
Setelah lokasi dan ukuran luas kolam telah ditentukan, barulah kita melakukan pembuatan kolam lele. Berikut cara-cara pembuatan kolam lele:
  1. Ukur luas kolam terlebih dahulu, karena luas kolam sangat menentukan berapa banyak bibit lele yang akan kita masukan.
  2. Setelah pengukuran selasai barulah kita melakukan penyemenan kolam, misalkan ukuran kolam 3x4 meter dengan kedalaman kolam 80cm.
  3. Lakukan penyemenan dasar kolam terlebih dahulu, dengan ketebalan beton dasar 10cm.
  4. Setelah penyemenan dasar kolam selesai, maka secepatnya kita buat dinding kolam dengan ketebalan dinding kolam 15cm.
  5. Pada saat melakukan penyemenan dinding kolam jangan lupa kita buat saluran kelur mesuk air dan pengatuan debit air pada dinding kolam.
  6. Setelah pembuatan dasar dan dinding kolam selesai sebaiknya kita lakukan pemlesteran dasar dan dinding kolam, untuk mencegah kebocoran kolam.
  7. Setelah semuanya selesai sebaiknya kolam jangan langsung diisi dengan air. Sebaiknya kita pastikan dasar dan dinding kolam sudah benar-benar kering dan kuat untuk menahan debit air yang akan kita isi nanti.
C. Kolam Terpal
Faktor yang paling penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan kolam terpal adalah sebagai berikut:
  1. Lokasi pembuatan kolam
  2. Luas lokasi pembuatan kolam
  3. Pembelian terpal khusus untuk kolam ikan
  4. Penataan kolam terpal agar terpal tidak mudah rusak
Setelah lokasi dan ukuran luas kolam telah ditentukan, barulah kita melakukan pembuatan kolam terpal. Berikut cara-cara pembuatan kolam terpal:
  1. Siapkan enam buah kayu pemancang setinggi 80cm
  2. Lalu siapkan terpal yang berukuran 4x6meter
  3. Siapkan bambu untuk menyanggah dinding kolam
  4. Setelah semuanya telah diukur dengan matang, langkah pertama yang harus kita buat adalah penanaman pancang dengan jarak panjang 4meter dan jarak lebar antara pancang adalah 1meter.
  5. Setelah tiang pancang dipasang, langkah selanjutnya adalah pemasangan penyanggah dinding kolam dengan menggunakan bambu yang telah sesuai dengan ukuran jarak tiang pancang kolam.
  6. Sesudah itu barulah kita mesukan terpal sebagai alas kolam
  7. Langkah selanjutnya, isi air kedalam kolam terpal sedalam 20cm, lalu masukan serabut kelapa yang masih basah atau baru. Hal ini dilakukan untuk menetralkan zat kimia yang terkandung dalam terpal tersebut.
  8. Diamkan endapan air di dalam kolam tersebut selama satu minggu
  9. Setelah satu minggu kuras kolam tersebut hingga betul-betul kering
  10. Lalu isi air kedalam kolam terpal dengan kedalaman air 30-40cm, setelah air di isi masukan pupuk kompos kedalam kolam.
  11. Lalu diamkan kolam sehari semalam
  12. Baru untuk keesokan harinya kita dapat memasukan bibit lele.
D. Pemilihan Bibit Dan Pengisian Bibit
Sebelum kita melakukan pengisian bibit maka sebaiknya kita tentukan bibit lele apa yang akan kita biakan. Sebaiknya untuk penggunaan bibit, baiknya kita gunakan bibit lele yang berasal dari indukan lele sangkuryang, yang dikawin silangkan dengan indukan lele jumbo, karena anakan yang dihasilkan dari perkawinan silang indukan lele sangkuryang dengan indukan lele jumbo lebih tahan dan kebal terhadap firus penyakit, serta hasil dan waktu panen yang kita dapatkan lebih banyak, lebih gemuk, serta lebih cepat dari pada lele biasa/ lele sungai. Untuk ukuran bibit lele yang harus digunakan adalah bibit lele yang berukuran 5-7cm, karena dengan bibit lele ukuran 5-7cm ini kita tidak perlu repot lagi untuk pemberian pakannya..

E. Pengisian Bibit
Untuk pengisian bibit ikan lele dengan ukuran bibit 5-7cm dan ukuran kolam 3x4 meter kita dapat mengisinya dengan 500-600 ekor bibit lele. Apabila pengisian bibit melebihi dari 600 ekor maka akan mengganggu perkembangan bibit lele tersebut. Kalau perkembangan bibit lele terganggu maka hasil yang akan kita dapatkan akan mengecewakan.

F. Pemberian Pakan
Untuk pemberian pakan bibit lele pada bulan pertama adalah pakan yang berukuran F- 99 atau F- 1000, karena dengan ukuran pakan yang sebesar itu sangan mendukung perkembangan bibit lele pada perkembangan bulan pertama. Setelah bibit lele memasuki bulan yang ke-2 maka pakan lele harus diganti dengan pakan yang lebih besar, dengan urukuran F-86, pergantian pakan ini dilakukan Karena nafsu makan lele pada bulan ke-2 ini lebih meningkat dari pada pakan bibit lele pada bulan pertama. Apabila missalnya kita tidak mengganti pakan lele, kita akan mengalami kerugian pada pakan lele, yang disebabkan oleh pakan lele yang berukuran F-99 atau F- 1000 lebih mahal dari pada F-86. Pada bulan ke-2 ini sekali-sekali kita perlu member pakan segar, berupa ikan, jangkrik, dan cacing. Pemberian pakan segar ini berfungsi untuk menambah nafsu makan lele.

G. Cara Pembesaran Bibit Lele
Cara pembesaran bibit sangat berpengaruh pada saat pemanenan ikan lele nanti. Cara pembesaran yang baik dan benar adalah sebagai berikut:
  • Lakukan penyortiran ikan pada bulan pertama
  • Pisahkan ikan yang berukuran lebih kecil, hal ini untuk mencegah berkurangnya jumlah bibit, dikarenakan bibit lele yang berukuran lebih besar akan memakan bibit lele yang lebih kecil.
  • Letakan bibit lele yang lebih kecil ke bak penampungan yang lebih kecil, pelihara bibit yang lebih kecil ini sampai kira-kira ukuran bibit yang lebih kecil ini mendekati atau hampir menyeimbangi ukuran bibit lele yang lebih besar, setelah ukuran bibit sama besar barulah anda boleh mengabungkan bibit lele tersebut ke satu tempat yang sama.
H. Cara Pergantian Air
Melakukan pergantian air sangatlah penting, dikaranakan bibit lele sangat mudah terserang penyakit dan mudah setres, apabila air dalam kolam tersebut tidak pernah kita ganti. Air yang kita gunakan untuk penggantian air sebaiknya berasal dari air sumur atau air hujan. Apabila kita menggunakan air ledeng/ air PAM bibit lele akan mudah mengambang dan cepat mati, dikarenakan di dalam air ledeng/ air PAM tersebut mengandung kaporit atau bahan kimia untuk penjernih air. Bahan kimia ini lah yang membuat bibit lele mudah mengambang dan cepat mati. Untuk pergantian air kita lakukan sebanyak tiga kali. Penggantian air pertama kali dilakukan pada saat bibit lele berumur dua minggu. Lalu penggantian air pada kolam yang kedua kali dilakukan pada saat bibit lele berumur satu bulan. Dan penggantian air yang terakhir delakukan pada saat bibit lele berumur dua bulan.

I. Kedalam Air
Kedalaman air juga perlu kita perhatikan, karena factor kedalaman air adalah salah satu penyebab yang membuat lele mudah setres dan cepat lelah pada saat mengambil makananya. Untuk ukuran bibit lele yang berumur satu bulan, sebaiknya kita menggunakan kedalaman air sedalam 30-40cm saja. Hal ini dilakukan karena untuk mempermudah bibit lele untuk meraih makananya. Untuk ukuran bibit lele yang berumur dua bulan kedalaman air kita naikan menjadi 50-60cm. dan bulan ketiga lele siap dipanen.

J. Cara penaganan Bibit Lele Yang Sakit
Banyak orang yang mengatakan bahwa bibit lele yang mengalami sakit harus dipisahkan dari bibit lele yang sehat, dikarenakan penyakitnya nanti akan menyebar ke bibit lele yang sehat. Hal ini kurang tepat, apabila bibit lele yang sakit dipisahkan dari bibit lele yang sehat kemungkinan kesembuhan bibit lele yang sakit hanya 40% saja. Sebaiknya bibit yang sakit tetap digabungkan dengan bibit lele yang sehat. Agar penyakit jamur tersebut tidak akan menyebar sebaiknya kita lakukan antisipasi, seperti penggantian air kolam dan pemberian obat alami. Obat alami tersebut adalah daun papaya dua lembar yang di tumbuk halus dan di campurkan 4 sendok teh garam. Pemberian obat alami ini sebaiknya dilakukan pada saat setelah kita mengganti air kolam dengan air yang baru.

K. Hama dan Penyakit Pada Budidaya Ikan Lele
Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan lele Di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele antara lain: katak, burung, serangga, musang air, ikan gabus dan belut.Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hamayang sering menyerang hanya katak dan kucing.

Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil. Jenis hama/penyakit :
  1. Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla Bentuk bakteri ini seperti batang dengan cambuk yang terletak di ujung batang, dan cambuk ini digunakan untuk bergerak. Ukurannya 0,7-0,8 x 1-1,5 mikron. Gejala: lele yang terkena bakteri ini: warna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan. Lele bernafas megap-megap di permukaan air. Pencegahan: lingkungan harus tetap bersih, termasuk kualitas air harus baik. Pengobatan: melalui makanan antara lain pakan dicampur viterna yang diberikan 1 kapsul amne atau cara konvensional dengan Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7-10 hari berturut-turut atau dengan Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3-4 hari.
  2. Penyakit tuberculosis yang disebabkan bakteri Mycobacterium fortoitum. Gejalanya : tubuh ikan berwarna gelap, perut bengkak ( karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip. Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam. Pengobatan: dengan viterna 1 botol dikasih 1 kapsul amne dan dijadikan suplemen pakan, 1 tutup untuk 2 sd 5 kg pakan. atau cara konvensional dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5-7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5-15 hari.
  3. Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia. Penyebab: jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan lele yang kondisinya lemah. Gejala: ikan lele ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas. Pengendalian: benih gelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5-3 ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate 0,1-0,2 ppm selama 1 jam atau 5-10 ppm selama 15 menit. pakan dikasih viterna yang diberikan 1 kapsul amne dalam 1 botolnya…dijadikan suplemen pakan harian.
  4. Penyakit bintik putih dan gatal (Trichodiniasis) Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis. Gejala: (1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air, (2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang, (3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam. Pengendalian : air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya. Pengobatan : dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran larutan Fomalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12-24 jam, kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari. pakan dengan campuran viterna yang dikasih amne 1 kapsul per botol vtn. dikasihkan dengan dosis anjuran.
  5. Penyakit cacing Trematoda. Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip. Gejala: insang yang dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu. Pengendalian : (1) direndam formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit; (2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam; (3) menyelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium Permanganat (KMnO4) 0,01% selama ±30 menit; (4) memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit; (5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama ±10 menit. pakan dengan viterna sama dengan perlakuan di atas.; 
  6. Parasit Hirudinae Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan. Gejala : pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga menyebabkan anemia/kurang darah. Cara Pengendalian: selalu diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm. Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor penyebabnya, kemudian kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :
  • Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti dengan yang suhunya lebih dingin.
  • Bila pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
  • Bila kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.
  • Bila makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.
  • pakan dicampur viterna yg sudah diberikan amne 1 kapsul per botolnya.

L. Pasca Panen
  1. Setelah kita memanen lele, sebaiknya segera lah kita bersihkan kolam, agar kolam tersebut tidak tercemar oleh bibit-bibit bakteri yang akan mengganggu pertumbuhan bibit lele yang akan kita masukan nantinya. Untuk kolam terpal sebaiknya kolam anda bersikan dengan cepat, karena kolam terpal sangat rentan dengan sinar matahari yang akan menyebabkan terpal cepat rusan dan bocor. Setelah anda melakukan pembersihan pada kolan terpal, maka sebaiknya kolam langsung anda isi dengan air setinggi 30cm, setelah anda isi air taburkan satu sendok the garam halus yang beryodium ke dalam kolam yang berukuran 1x2 meter, hal ini dilakukan untuk mencegah berkembangnya bibit-bibit jamur.
  2. Pasca Panen Kolam Beton. Setelah kita memanen lele di dalam kolam beton, segeralah kita lakukan pengurasan kolam. Setalah kita memlakukan pengurasan kolam ada baiknya kita diamkan kolam tersebut selama dua hari, hal ini di lakukan agar kolam beton ini dapan tersianr oleh matahari dan dapan menekan pertumbuhan baktari pada dinding-dinding kolam.

Budidaya Ikan Lele ( Clarias )

ikan Lele

1. SEJARAH SINGKAT
Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan.

2. SENTRA PERIKANAN
Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia. Dibudidayakan di Thailand, India, Philipina dan Indonesia. Di Thailand produksi ikan lele ± 970 kg/100m2/tahun. Di India (daerah Asam) produksinya rata-rata tiap 7 bulan mencapai 1200 kg/Ha.

3. JENIS
Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al (1986) adalah:
Kingdom : Animalia; Sub-kingdom : Metazoa; Phyllum : Chordata; Sub-phyllum : Vertebrata; Klas : Pisces; Sub-klas : Teleostei; Ordo : Ostariophysi; Sub-ordo : Siluroidea; Familia : Clariidae; Genus : Clarias

Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan:
  1. Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).
  2. Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih (Padang).
  3. Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).
  4. Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat), kaleh (Kalimantan Selatan).
  5. Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang (Kalimantan Timur).
  6. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat fish, berasal dari Afrika.

4. MANFAAT
  1. Sebagai bahan makanan
  2. Ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan pajangan atau ikan hias.
  3. Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele.
  4. Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati penyakit asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing darah dan lain-lain.

5. PERSYARATAN LOKASI
  1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat digunakan untuk budidaya lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolam kebun, dan blumbang.
  2. Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700 m dpl.
  3. Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
  4. Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.
  5. Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
  6. Ikan lele dapat hidup pada suhu 20°C, dengan suhu optimal antara 25-28°C. Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-30°C dan untuk pemijahan 24-28 ° C.
  7. Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2.
  8. Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan ikan.
  9. Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan alami. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.
  10. Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daun-daunan hidup, seperti enceng gondok.
  11. Mempunyai pH 6,5–9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100 ppm dan optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30–60 cm; kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untuk yang dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2 kurang dari 12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.
  12. Persyaratan untuk pemeliharaan ikan lele di keramba :
  • Sungai atau saluran irigasi tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.
  • Dekat dengan rumah pemeliharaannya.
  • Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.
  • Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah dipasang.
  • Kedalaman air 30-60 cm.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Penyiapan Sarana dan Peralatan
Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan lele sebaiknya ukurannya tidak terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan dan pengawasan. Bentuk dan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung selera pemilik dan lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam dibuat permanen. Pada minggu ke 1-6 air harus dalam keadaan jernih kolam, bebas dari pencemaran maupun fitoplankton. Ikan pada usia 7-9 minggu kejernihan airnya harus dipertahankan. Pada minggu 10, air dalam batas-batas tertentu masih diperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang melayang dalam air (plankton). Alat untuk mengukur kekeruhan air disebut secchi.
Prakiraan kekeruhan air berdasarkan usia lele (minggu) sesuai angka secchi :
o Usia 10-15 minggu, angka secchi = 30-50
o Usia 16-19 minggu, angka secchi = 30-40
o Usia 20-24 minggu, angka secchi = 30

Penyiapan Bibit
1. Ciri-ciri induk lele jantan:
  • Kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele betina.
  • Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele betina.
  • Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan.
  • Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng (depress).
  • Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan lele betina.
  • Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani).
  • Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina.
2. Ciri-ciri induk lele betina
  • Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.
  • Warna kulit dada agak terang.
  • Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus.
  • Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung.
  • Perutnya lebih gembung dan lunak.
  • Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur).
3. Syarat induk lele yang baik:
  • Kulitnya lebih kasar dibanding induk lele jantan.
  • Induk lele diambil dari lele yang dipelihara dalam kolam sejak kecil supaya terbiasa hidup di kolam.
  • Berat badannya berkisar antara 100-200 gram, tergantung kesuburan badan dengan ukuran panjang 20-5 cm.
  • Bentuk badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan lincah.
  • Umur induk jantan di atas tujuh bulan, sedangkan induk betina berumur satu tahun.
  • Frekuensi pemijahan bisa satu bula sekali, dan sepanjang hidupnya bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat apabila makanannya mengandung cukup protein.
4. Ciri-ciri induk lele siap memijah adalah calon induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan dan yang betina. Induk tersebut segera ditangkap dan ditempatkan dalam kolam tersendiri untuk dipijahkan.

5. Perawatan induk lele:
  • Selama masa pemijahan dan masa perawatan, induk ikan lele diberi makanan yang berkadar protein tinggi seperti cincangan daging bekicot, larva lalat/belatung, rayap atau makanan buatan (pellet). Ikan lele membutuhkan pellet dengan kadar protein yang relatif tinggi, yaitu ± 60%. Cacing sutra kurang baik untuk makanan induk lele, karena kandungan lemaknya tinggi. Pemberian cacing sutra harus dihentikan seminggu menjelang perkawinan atau pemijahan.
  • Makanan diberikan pagi hari dan sore hari dengan jumlah 5-10% dari berat total ikan.
  • Setelah benih berumur seminggu, induk betina dipisahkan, sedangkan induk jantan dibiarkan untuk menjaga anak-anaknya. Induk jantan baru bisa dipindahkan apabila anak-anak lele sudah berumur 2 minggu.
  • Segera pisahkan induk-induk yang mulai lemah atau yang terserang penyakit untuk segera diobati.
  • Mengatur aliran air masuk yang bersih, walaupun kecepatan aliran tidak perlu deras, cukup 5-6 liter/menit.
Pemijahan Tradisional
Pemijahan di Kolam Pemijahan
Kolam induk:
  • Kolam dapat berupa tanah seluruhnya atau tembok sebagian dengan dasar tanah.
  • Luas bervariasi, minimal 50 m2.
  • Kolam terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian dangkal (70%) dan bagian dalam (kubangan) 30 % dari luas kolam. Kubangan ada di bagian tengah kolam dengan kedalaman 50-60 cm, berfungsi untuk bersembunyi induk, bila kolam disurutkan airnya.
  • Pada sisi-sisi kolam ada sarang peneluran dengan ukuran 30x30x25 cm3, dari tembok yang dasarnya dilengkapi saluran pengeluaran dari pipa paralon diamneter 1 inchi untuk keluarnya banih ke kolam pendederan.
  • Setiap sarang peneluran mempunyai satu lubang yang dibuat dari pipa paralon (PVC) ukuran ± 4 inchi untuk masuknya induk-induk lele.
  • Jarak antar sarang peneluran ± 1 m.
  • Kolam dikapur merata, lalu tebarkan pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak 500-750 gram/m2.
  • Airi kolam sampai batas kubangan, biarkan selama 4 hari. Kolam Rotifera (cacing bersel tunggal):
  • Letak kolam rotifera di bagian atas dari kolam induk berfungi untuk menumbuhkan makanan alami ikan (rotifera).
  • Kolam rotifera dihubungkan ke kolam induk dengan pipa paralon untuk mengalirkan rotifera.
  • Kolam rotifera diberi pupuk organik untuk memenuhi persyaratan tumbuhnya rotifera.
  • Luas kolam ± 10 m2.
Cara Pemijahan:
  • Siapkan induk lele betina sebanyak 2 x jumlah sarang yang tersedia dan induk jantan sebanyak jumlah sarang; atau satu pasang per sarang; atau satu pasang per 2-4 m2 luas kolam (pilih salah satu).
  • Masukkan induk yang terpilih ke kubangan, setelah kubangan diairi selama 4 hari.
  • Beri/masukkan makanan yang berprotein tinggi setiap hari seperti cacing, ikan rucah, pellet dan semacamnya, dengan dosis (jumlah berat makanan) 2-3% dari berat total ikan yang ditebarkan .
  • Biarkan sampai 10 hari.
  • Setelah induk dalam kolam selama 10 hari, air dalam kolam dinaikkan sampai 10-15 cm di atas lubang sarang peneluran atau kedalaman air dalam sarang sekitar 20-25 cm. Biarkan sampai 10 hari. Pada saat ini induk tak perlu diberi makan, dan diharapkan selama 10 hari berikutnya induk telah memijah dan bertelur. Setelah 24 jam, telur telah menetas di sarang, terkumpullah benih lele. Induk lele yang baik bertelur 2-3 bulan satu kali bila makanannya baik dan akan bertelur terus sampai umur 5 tahun.
  • Benih lele dikeluarkan dari sarnag ke kolam pendederan dengan cara: air kolam disurutkan sampai batas kubangan, lalu benih dialirkan melalui pipa pengeluaran.
  • Benih-benih lele yang sudah dipindahkan ke kolam pendederan diberi makanan secara intensif, ukuran benih 1-2 cm, dengan kepadatan 60 -100 ekor/m2.
  • Dari seekor induk lele dapat menghasilkan ± 2000 ekor benih lele. Pemijahan induk lele biasanya terjadi pada sore hari atau malam hari.
Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Berpasangan
Penyiapan bak pemijahan secara berpasangan:
  • Buat bak dari semen atau teraso dengan ukuran 1 x 1 m atau 1 x 2 m dan tinggi 0,6 m.
  • Di dalam bak dilengkapi kotak dari kayu ukuran 25 x 40x30 cm tanpa dasar sebagai sarang pemijahan. Di bagian atas diberi lubang dan diberi tutup untuk melihat adanya telur dalam sarang. Bagian depan kotak/sarang pemijahan diberi enceng gondok supaya kotak menjadi gelap.
  • Sarang pemijahan dapat dibuat pula dari tumpukan batu bata atau ember plastik atau barang bekas lain yang memungkinkan.
  • Sarang bak pembenihan diberi ijuk dan kerikil untuk menempatkan telur hasil pemijahan.
  • Sebelum bak digunakan, bersihkan/cuci dengan air dan bilas dengan formalin 40 % atau KMnO4 (dapat dibeli di apotik); kemudian bilas lagi dengan air bersih dan keringkan.
Cara Pemijahan:
  • Tebarkan I (satu) pasang induk dalam satu bak setelah bak diisi air setinggi ± 25 cm. Sebaiknya airnya mengalir. Penebaran dilakukan pada jam 14.00–16.00.
  • Biarkan induk selama 5-10 hari, beri makanan yang intensif. Setelah ± 10 hari, diharapkan sepasang induk ini telah memijah, bertelur dan dalam waktu 24 jam telur-telur telah menetas. Telur-telur yang baik adalah yang berwarna kuning cerah.
  • Beri makanan anak-anak lele yang masih kecil (stadium larva) tersebut berupa kutu air atau anak nyamuk dan setelah agak besar dapat diberi cacing dan telur rebus.
Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Masal
Penyiapan bak pemijahan secara masal:
  • Buat bak dari semen seluas 20 m2 atau 50 m2, ukuran 2x10 m2 atau 5x10 m2.
  • Di luar bak, menempel dinding bak dibuat sarang pemijahan ukuran 30x30x30 cm3, yang dilengkapi dengan saluran pengeluaran benih dari paralon (PVC) berdiameter 1 inchi. Setiap sarang dibuatkan satu lubang dari paralon berdiameter 4 inchi.
  • Dasar sarang pemijahan diberi ijuk dan kerikil untuk tempat menempel telur hasil pemijahan.
  • Sebelum digunakan, bak dikeringkan dan dibilas dengan larutan desinfektan atau formalin, lalu dibilas dengan air bersih; kemudian keringkan.
Cara Pemijahan:
  • Tebarkan induk lele yang terpilih (matang telur) dalam bak pembenihan sebanyak 2x jumlah sarang, induk jantan sama banyaknya dengan induk betina atau dapat pula ditebarkan 25-50 pasang untuk bak seluas 50 m2 (5x10 m2), setelah bak pembenihan diairi setinggi 1 m.
  • Setelah 10 hari induk dalam bak, surutkan air sampai ketinggian 50- 60 cm, induk beri makan secara intensif.
  • Sepuluh hari kemudian, air dalam bak dinaikkan sampai di atas lubang sarang sehingga air dalam sarang mencapai ketinggian 20-25 cm.
  • Saat air ditinggikan diharapkan induk-induk berpasangan masuk sarang pemijahan, memijah dan bertelur. Biarkan sampai ± 10 hari.
  • Sepuluh hari kemudian air disurutkan lagi, dan diperkirakan telur-telur dalam sarang pemijahan telah menetas dan menjadi benih lele.
  • Benih lele dikeluarkan melalui saluran pengeluaran benih untuk didederkan di kolam pendederan.
Pemijahan Buatan
Cara ini disebut Induced Breeding atau hypophysasi yakni merangsang ikan lele untuk kawin dengan cara memberikan suntikan berupa cairan hormon ke dalam tubuh ikan. Hormon hipophysa berasal dari kelenjar
hipophysa, yaitu hormon gonadotropin. Fungsi hormon gonadotropin:
  • Gametogenesis: memacu kematangan telur dan sperma, disebut Follicel Stimulating Hormon. Setelah 12 jam penyuntikan, telur mengalami ovulasi (keluarnya telur dari jaringan ikat indung telur). Selama ovulasi, perut ikan betina akan membengkak sedikit demi sedikit karena ovarium menyerap air. Saat itu merupakan saat yang baik untuk melakukan pengurutan perut (stripping).
  • Mendorong nafsu sex (libido)
Perlakuan dan Perawatan Bibit
Kolam untuk pendederan:
  • Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm, dan tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin, sehingga apabila bergesekan dengan tubuh benih lele tidak akan melukai. Permukaan lantai agak miring menuju pembuangan air. Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara kedua ujung lantai, di mana yang dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Pada lantai dipasang pralon dengan diameter 3-5 cm dan panjang 10 m.
  • Kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepit dengan 2 bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam dinding kolam. Di antara 2 bingkai dipasang selembar kasa nyamuk dari bahan plastik berukuran mess 0,5-0,7 mm, kemudian dipaku.
  • Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untuk mengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan dengan pipa plastik yang dapat berfungsi untuk mengatur ketinggian air kolam. Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu pengait sebagai gantungan.
  • Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain. Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi dengan mengatur ketinggian pipa plastik.
  • Kolam pendederan yang baru berukuran 100 x 200 x 50 cm, dengan bentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya.
Penjarangan:
  • Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang dilakukan karena ikan lele berkembang ke arah lebih besar, sehingga volume ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang.
  • Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan :
  • Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka.
  • Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicu mumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan yang lebih besar).
  • Suasana kolam tidak sehat oleh menumpuknya CO2 dan NH3, dan O2 kurang sekali sehingga pertumbuhan ikan lele terhambat.
    Cara penjarangan pada benih ikan lele :
  • Minggu 1-2, kepadatan tebar 5000 ekor/m2
  • Minggu 3-4, kepadatan tebar 1125 ekor/m2
  • Minggu 5-6, kepadatan tebar 525 ekor/m2
Pemberian pakan:
  • Hari pertama sampai ketiga, benih lele mendapat makanan dari kantong kuning telur (yolk sac) yang dibawa sejak menetas.
  • Hari keempat sampai minggu kedua diberi makan zooplankton, yaitu Daphnia dan Artemia yang mempunyai protein 60%. Makanan tersebut diberikan dengan dosis 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam 4 kali pemberian. Makanan ditebar disekitar tempat pemasukan air. Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir, benih lele harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepung yang berkadar protein 50%. Sedikit dari tepung tersebut diberikan kepada benih 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton. Makanan yang berupa teoung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung udang dan sedikit bubur nestum.
  • Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
  • Minggu keempat dan kelima diberi pakan sebanyak 32% x biomassa setiap hari.
  • Minggu kelima diberi pakan sebanyak 21% x biomassa setiap hari.
  • Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
  • Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung.
Pengepakan dan pengangkutan benih
  • Cara tertutup:
  • Kantong plastik yang kuat diisi air bersih dan benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Udara dalam plastik dikeluarkan. O2 dari tabung dimasukkan ke dalam air sampai volume udara dalam plastik 1/3–1/4 bagian. Ujung plastik segera diikat rapat.
  • Plastik berisi benih lele dimasukkan dalam kardus atau peti supaya tidak mudah pecah.
  • Cara terbuka dilakukan bila jarak tidak terlalu jauh:
  • Benih lele dilaparkan terlebih dahulu agar selama pengangkutan, air tidak keruh oleh kotoran lele. (Untuk pengangkutan lebih dari 5 jam).
  • Tempat lele diisi dengan air bersih, kemudian benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Jumlahnya tergantung ukurannya. Benih ukuran 10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal 10.000/m3 atau 10 ekor/liter. Setiap 4 jam, seluruh air diganti di tempat yang teduh.
Pemeliharaan Pembesaran
Pemupukan
  1. Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi benih lele.
  2. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 500-700 gram/m 2 . Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, TSP 20 gram/m 2 , dan amonium nitrat 15 gram/m 2 . Selanjutnya dibiarkan selama 3 hari.
  3. Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan dibiarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasadjasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami lele.
  4. Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.
Pemberian Pakan
Makanan Alami Ikan Lele
  • Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacingcacing, dan serangga air.
  • Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome), ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
  • Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.
  • Ikan lele juga menyukai kotoran yang berasal dari kakus.
Makanan Tambahan
  • Pemeliharaan di kecomberan dapat diberi makanan tambahan berupa sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.
  • Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul, jagung, dan bekicot (2:1:1).
Makanan Buatan (Pellet)
  • Komposisi bahan (% berat): tepung ikan=27,00; bungkil kacang kedele=20,00; tepung terigu=10,50; bungkil kacang tanah=18,00; tepung kacang hijau=9,00; tepung darah=5,00; dedak=9,00; vitamin=1,00; mineral=0,500;
  • Proses pembuatan: Dengan cara menghaluskan bahan-bahan, dijadikan adonan seperti pasta, dicetak dan dikeringkan sampai kadar airnya kurang dari 10%. Penambahan lemak dapat diberikan dalam bentuk minyak yang dilumurkan pada pellet sebelum diberikan kepada lele. Lumuran minyak juga dapat memperlambat pellet tenggelam.
  • Cara pemberian pakan:
  • Pellet mulai dikenalkan pada ikan lele saat umur 6 minggu dan diberikan pada ikan lele 10-15 menit sebelum pemberian makanan yang berbentuk tepung.
  • Pada minggu 7 dan seterusnya sudah dapat langsung diberi makanan yang berbentuk pellet.
  • Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.
Pemberian Vaksinasi
Cara-cara vaksinasi sebelum benih ditebarkan:
  1. Untuk mencegah penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan, lele yang berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah divaksinasi lele tersebut akan kebal selama 6 bulan.
  2. Pencegahan penyakit karena bakteri juga dapat dilakukan dengan menyutik dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg induk.
  3. Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.
Pemeliharaan Kolam/Tambak
  1. Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2 untuk memberantas hama dan bibit penyakit.
  2. Air dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan sekali dengan cara mengganti semua air kotor tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan 2 malam.
  3. Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 200 gram/m 2 selama satu minggu. Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.
7. HAMA DAN PENYAKIT
  1. Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan lele.
  2. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan gabus dan belut.
  3. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif tidak banyak diserang hama. Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
Macam-macam penyakit :
  1. Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas; hydrophylla; Bentuk bakteri ini seperti batang dengan polar flage (cambuk yang terletak di ujung batang), dan cambuk ini digunakan untuk bergerak, berukuran 0,7–0,8 x 1–1,5 mikron. Gejala: iwarna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan, bernafas megap-megap di permukaan air. Pengendalian: memelihara lingkungan perairan agar tetap bersih, termasuk kualitas air. Pengobatan melalui makanan antara lain: (1) Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7–10 hari berturut-turut. (2) Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3–4 hari.
  2. Penyakit Tuberculosis; Penyebab: bakteri Mycobacterium fortoitum). Gejala: tubuh ikan berwarna gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip. Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam. Pengobatan: dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5–7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5–15 hari.
  3. Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia.; Jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya lemah. Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas. Pengendalian: benih gelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate 0,1–0,2 ppm selama 1 jam atau 5–10 ppm selama 15 menit.
  4. Penyakit Bintik Putih dan Gatal/Trichodiniasis; Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadangkadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis. Gejala: (1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air; (2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang; (3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam. Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya. Pengobatan: dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran larutan Formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12–24 jam, kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari.
  5. Penyakit Cacing Trematoda; Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip. Gejala: insang yang dirusak menjadi lukaluka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu. Pengendalian: (1) direndam Formalin 250 cc/m 3 air selama 15 menit; (2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam; (3) mencelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium-Permanganat (KMnO4) 0,01% selama ± 30 menit; (4) memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit; (5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama ± 10 menit.
  6. 6. Parasit Hirudinae; Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan. Gejala: pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga menyebabkan anemia/kurang darah. Pengendalian: selalu diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.
Hama Kolam/Tambak
Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor penyebabnya, kemudian kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :
  1. Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air digantidengan yang suhunya lebih dingin.
  2. Bila pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
  3. Bila kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.
  4. Bila makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.

8. PANEN
Penangkapan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan:
  1. Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu dapat dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 200 gram/ekor.
  2. Pada lele Dumbo, pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4 bulan dengan berat 200-300 gram per ekornya. Apabila waktu pemeliharaan ditambah 5-6 bulan akan mencapai berat 1-2 kg dengan panjang 60-70 cm.
  3. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan.
  4. Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring.
  5. Bila penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.
  6. Bila penangkapan menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan pemberian pakan, sehingga lele mudah ditangkap.
  7. Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1-2 hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
  8. Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.
Pembersihan Kolam
Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:
  1. Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur sebanyak 20-200 gram/m 2 pada dinding kolam sampai rata.
  2. Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama.
  3. Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang ada di kolam.

Gambaran Peluang Agribisnis
Budidaya ikan lele, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan lele semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.

Back To Top