Berita Anda, Halo Pengunjung blog dimanapun anda berada semoga kalian tetap dalam keadaan sehat, saat ini anda sedang membaca Artikel dengan judul Budidaya Pare, semoga bermanfaat dan selamat membaca
Memang buah yang satu ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena rasanya yang pahit. Pare atau paria (Momordica charantia L) berasal dari India Barat dan Burma. Di negara lainnya pare disebut dengan istilah balsam-pear/bitter gourd (Inggris), Peria (Melayu), muop dang, kho qua (Vietnam), mara, phakha, maha (Thailand), ampalaya, amargoso, paria, palia (Pilipina), ku gua, foo gwa (Cina).
Di Indonesia, pengembangan dan pembudidayaannya disebarluaskan oleh orang-orang Belanda. Ciri-ciri buah Pare :
Syarat Tumbuh
Untuk melakukan budidaya tanaman pare sebenarnya sangatlah mudah. Pare dapat tumbuh di berbagai jenis tanah dengan ketinggian tempat sampai 1.500 m dpl. Dapat tumbuh dengan optimal pada tanah dengan pH 5-6, banyak mengandung humus dan gembur. Tanaman pare tidak banyak memerlukan penyinaran matahari sehingga dapat tumbuh ditempat yang agak teduh/ternaungi.
Penanaman
Tanaman pare dikembangkan dengan menggunakan biji. Kebutuhan benih untuk luas lahan 100 m² sebanyak 70 gram. Sebelum ditanam benih diseleksi dengan memasukkan air ke dalam benih. Benih yang mengambang harus dibuang, sedangkan benih yang tenggelam dapat ditanam. Benih bisa langsung ditanam dilahan atau disemai dahulu.
Lahan yang akan ditanami pare dicangkul hingga gembur, lalu dibuat bedengan dengan lebar 1,5 m, tinggi 25 cm dan panjang menyesuaikan lahan. Tanah dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 1 kuintal untuk lahan 100 m². jarak tanam 0,75 m x 0,75 m. Lubang tanaman ditugal dengan kedalaman 3-5 cm. Benih dimasukkan ke dalam lubang tanaman sebanyak 2-3 biji pare. Setelah itu ditutup dengan tanah. Selang 4-7 hari setelah tanam biji pare dapat tumbuh.
Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Namun apabila curah hujan tinggi harus diperhatikan selokannya agar air tidak menggenang dilahan. Setelah berumur dua minggu atau tinggi tanaman mencapai 50 cm, dibuat para-para setinggi 1,5 - 2 meter. Hal ini dibuat dengan tujuan untuk merambatkan sulur- sulur tanaman. Perambatan pare dapat pula dilakukan dengan ajir atau lanjaran yang bisa terbuat dari bambu.
Setelah berumur tiga minggu, tanaman pare sudah bercabang dan sebaiknya cabang-cabang tersebut dipotong atau dilakukan pemangkasan agar tunas tumbuh menyebar sehingga bisa produksi lebih banyak. Pilih dua cabang yang paling besar dan sehat. Sisa cabang lainnya yang tumbuh di batang hingga ketinggian 1,5 m dari permukan tanah harus dipangkas. Pemangkasan kedua bisa dilakukan pada saat umur 6 minggu dengan memangkas cabang yang telah tua dan tidak tumbuh lagi serta daun-daun tua maupun cabang yang rusak karena hama penyakit.
Selain pupuk organik, pupuk buatan juga diberikan pada tanaman pare. Bisa diberikan pupuk NPK sebanyak 2-3 kg per 100 m² atau menggunakan Urea, TSP, KCl dengan perbandingan 1:2:2 sebanyak 15 gram tiap tanaman (3 gram Urea, 6 gram TSP dan 6 gram KCl). Pemupukan dilakukan dengan cara menimbun pupuk disekeliling tanaman sejauh 10 cm dari batangnya. Sebaiknya pemupukan dilakukan pada saat tanaman berumur satu bulan bersamaan dengan penyiangan. Setelah tanaman berumur 1,5-2 bulan pare mulai berbunga dan bunga betina yang muncul dapat menjadi buah. Bunga pare berwarna kuning dan bertangkai panjang.
Tanaman pare jarang terserang hama penyakit, namun ada beberapa hama dan penyakit yang dapat meyerang pare diantaranya adalah :
Panen dan Pasca Panen
Buah pare dapat dipenen sekitar umur 2,5 bulan setelah tanam. Buah pare yang dipanen sebaiknya tidak terlalu tua karena akan mempengaruhi rasa. Tanaman pare yang siap panen apabila buahnya sudah memiliki bintil-bintil dan keriputnya masih agak rapat serta alurnya belum melebar. Pemanenan pare yang terlambat akan menyebabkan buah pare tidak enak dimakan.
Cara memanen pare adalah dengan dengan memotong tangkai buah menggunakan pisau atau gunting. Tanaman yang terawat dapat menghasilkan 30 buah pare setiap pohonnya. Penanganan pacsca panen dilakukan dengan mengumpulkan pare kedalam keranjang bambu secara teratur dan rapi. Agar kulit pare tidak rusak, diusahakan jangan terlalu banyak gesekan, termasuk dalam pengangukutan diusahakan jangan sampai terjadi guncangan yang keras. Agar tahan lama, pare dapat dismpan pada suhu 10-20º C. Panen pare dapat dilakukan dengan interval 5-7 hari hingga umur 4 bulan.
Di Indonesia, pengembangan dan pembudidayaannya disebarluaskan oleh orang-orang Belanda. Ciri-ciri buah Pare :
- Pare merupakan jenis tanaman yang merambat.
- Buahnya berbentuk lonjong dan berwarna hijau atau putih dengan permukaan kulit buah terdapat bintil-bintilnya.
- Batangnya kecil dan panjang serta lebih kuat daripada mentimun.
- Sedangkan daunnya berbentuk menjari dengan permukaan atas hijau tua dan permukaan bawah hijau muda atau hijau kekuning-kuningan.
- Adapun beberapa jenis pare yang biasa ditanam antara lain pare ayam (pare hijau), pare gajih (pare mentega/pare putih) dan pare taiwan (pare import).
Banyak sekali khasiat yang bisa diperoleh dari buah pare. Selain dikonsumsi untuk sayuran, buah pare juga berkhasiat sebagai berikut :
- Obat diabetes, gangguan pencernaan, perangsang nafsu makan, obat cacing, sebagai antikanker, antibiotik, antivirus, penurun kandungan gula darah, serta obat pendertita penyakit demam/malaria.
- Buah pare banyak mengandung vitamin A, vitamin B , vitamin C, betakaroten, fitokimia lutein, likopen, kalori, protein, lemak, karbihidrat, serat, abu, kalsium, fosfor, kalium, zat besi,dan natrium.
- Selain buahnya, ternyata daun pare juga mempunyai manfaat yang tidak kalah dengan buahnya. Manfaat tersebut antara lain: dapat menyembuhkan mencret pada bayi, membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan, dapat menurunkan panas, dapat mengeluarkan cacing kremi serta dapat menyembuhkan batuk.
Berikut ini beberapa kandungan dari buah pare dengan takaran per 100 gram: Energi: 29 kal, Protein: 1,1 g, Lemak: 0,3 g, Karbohidrat: 6,6 g, Serat: 1,5 g, Kalsium: 45 mg, Fosfor: 64 mg, Zat Besi: 1,4 mg, Vitamin A: 180 IU, Vitamin B1: 0,08 mg, Vitamin C: 52 mg, Air: 91,2 g.
Syarat Tumbuh
Untuk melakukan budidaya tanaman pare sebenarnya sangatlah mudah. Pare dapat tumbuh di berbagai jenis tanah dengan ketinggian tempat sampai 1.500 m dpl. Dapat tumbuh dengan optimal pada tanah dengan pH 5-6, banyak mengandung humus dan gembur. Tanaman pare tidak banyak memerlukan penyinaran matahari sehingga dapat tumbuh ditempat yang agak teduh/ternaungi.
Penanaman
Tanaman pare dikembangkan dengan menggunakan biji. Kebutuhan benih untuk luas lahan 100 m² sebanyak 70 gram. Sebelum ditanam benih diseleksi dengan memasukkan air ke dalam benih. Benih yang mengambang harus dibuang, sedangkan benih yang tenggelam dapat ditanam. Benih bisa langsung ditanam dilahan atau disemai dahulu.
Lahan yang akan ditanami pare dicangkul hingga gembur, lalu dibuat bedengan dengan lebar 1,5 m, tinggi 25 cm dan panjang menyesuaikan lahan. Tanah dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 1 kuintal untuk lahan 100 m². jarak tanam 0,75 m x 0,75 m. Lubang tanaman ditugal dengan kedalaman 3-5 cm. Benih dimasukkan ke dalam lubang tanaman sebanyak 2-3 biji pare. Setelah itu ditutup dengan tanah. Selang 4-7 hari setelah tanam biji pare dapat tumbuh.
Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Namun apabila curah hujan tinggi harus diperhatikan selokannya agar air tidak menggenang dilahan. Setelah berumur dua minggu atau tinggi tanaman mencapai 50 cm, dibuat para-para setinggi 1,5 - 2 meter. Hal ini dibuat dengan tujuan untuk merambatkan sulur- sulur tanaman. Perambatan pare dapat pula dilakukan dengan ajir atau lanjaran yang bisa terbuat dari bambu.
Setelah berumur tiga minggu, tanaman pare sudah bercabang dan sebaiknya cabang-cabang tersebut dipotong atau dilakukan pemangkasan agar tunas tumbuh menyebar sehingga bisa produksi lebih banyak. Pilih dua cabang yang paling besar dan sehat. Sisa cabang lainnya yang tumbuh di batang hingga ketinggian 1,5 m dari permukan tanah harus dipangkas. Pemangkasan kedua bisa dilakukan pada saat umur 6 minggu dengan memangkas cabang yang telah tua dan tidak tumbuh lagi serta daun-daun tua maupun cabang yang rusak karena hama penyakit.
Selain pupuk organik, pupuk buatan juga diberikan pada tanaman pare. Bisa diberikan pupuk NPK sebanyak 2-3 kg per 100 m² atau menggunakan Urea, TSP, KCl dengan perbandingan 1:2:2 sebanyak 15 gram tiap tanaman (3 gram Urea, 6 gram TSP dan 6 gram KCl). Pemupukan dilakukan dengan cara menimbun pupuk disekeliling tanaman sejauh 10 cm dari batangnya. Sebaiknya pemupukan dilakukan pada saat tanaman berumur satu bulan bersamaan dengan penyiangan. Setelah tanaman berumur 1,5-2 bulan pare mulai berbunga dan bunga betina yang muncul dapat menjadi buah. Bunga pare berwarna kuning dan bertangkai panjang.
Tanaman pare jarang terserang hama penyakit, namun ada beberapa hama dan penyakit yang dapat meyerang pare diantaranya adalah :
- Hama lembing atau oteng-oteng (Epilachma sparsa). Hama ini berbentuk lembing bulat, warnanya merah dengan bercak hitam sebanyak 12 – 26 buah. Hama ini menyerang daun dan pada serangan yang parah daun habis sehingga yang tersisa hanya tulang daunnya saja. Cara pengendaliannaya antara lain dapat dilakukan dengan memungut telur,larva atau lembingnya ditangkap lalu dimatikan. Dapat pula dilakukan dengan rotasi tanaman. Apabila sudah parah dapat diaplikasikan insectisida berbahan aktif karbaril ( Sevin 85 SP, Truper 3 GR).
- Penyakit embun bulu (Pseudoperenospora cubensis). Gejalanya terlihat apabila daun bagian atas terdapat bercak kuning, sementara daun bagian bawah terdapat bulu-bulu berwarna ungu. Langkah pencegahan adalah dengan menjaga kondisi lahan agar tidak terlalu lembab. Apabila sudah parah dapat diaplikasikan fungisida dengan bahan aktif propineb (Trivia 73 WP), mandipropamid (Revus 250 SC), metalaksil (Metalax 35 SD).
- Lalat buah (Dacus cucurbitae Cog). Lalat buah menyerang pare dengan cara meletakkan telurnya di dalam buah. Setelah menetas, ulatnya memakan buah sehingga menjadi rusak. Daging buah tidak dapat dimakan karena busuk dan berair dengan ratusan belatung. Tampak luar daging buah sehat tapi setelah dibuka terlihat daging buah penuh dengan belatung. Apabila menyerang batang, maka batang akan membengkak seperti bisul.
Untuk mencegah hama tersebut dapat dilakukan pembungkusan buah muda dengan mengunakan kertas atau daun pisang kering. Dapat juga dengan menggunakan insect trap yang ditaruh disekitar tanaman pare, sehingga lalat buah yang ada disekitar dapat ditangkap dan mati dalam tangkapan tersebut. Melakukan penyiangan dan pembubunan serta memelihara kebersihan sekitar tanaman dari gulma dan sisa tanaman yang membusuk, harus dilakukan sebab kondisi seperti itu sesuai dengan tumbuh dan berkembang-nya lalat buah. Apabila sudah ada serangan dapat dikendalikan dengan jalan menyemprotkan insectisida berbahan aktif deltametrin (Decis 25 EC), Profenofos (Curacron 500 EC), imidakloprid (Winder 25 WP).
Panen dan Pasca Panen
Buah pare dapat dipenen sekitar umur 2,5 bulan setelah tanam. Buah pare yang dipanen sebaiknya tidak terlalu tua karena akan mempengaruhi rasa. Tanaman pare yang siap panen apabila buahnya sudah memiliki bintil-bintil dan keriputnya masih agak rapat serta alurnya belum melebar. Pemanenan pare yang terlambat akan menyebabkan buah pare tidak enak dimakan.
Cara memanen pare adalah dengan dengan memotong tangkai buah menggunakan pisau atau gunting. Tanaman yang terawat dapat menghasilkan 30 buah pare setiap pohonnya. Penanganan pacsca panen dilakukan dengan mengumpulkan pare kedalam keranjang bambu secara teratur dan rapi. Agar kulit pare tidak rusak, diusahakan jangan terlalu banyak gesekan, termasuk dalam pengangukutan diusahakan jangan sampai terjadi guncangan yang keras. Agar tahan lama, pare dapat dismpan pada suhu 10-20º C. Panen pare dapat dilakukan dengan interval 5-7 hari hingga umur 4 bulan.
0 Komentar untuk "Budidaya Pare"