Warga Desa Tampa Keberatan Terhadap Pencemaran yang Diakibatkan Stokpile Batubara
BARITORAYAPOST.COM (Tamiang Layang) - Warga Desa Tampa merasa dirugikan oleh adanya penumpukan batubara yang berada di wilayahnya.
Hal tersebut disampaikan oleh dua ibu rumah tangga yang berada di wilayah Desa Tampa, Kecamatan Paku, Kabupaten Barito Timur (Bartim) Provinsi Kalimantan Tengah.
Dua ibu rumah tangga bernama Handani dan Lismiyati kepada baritorayapost.com menjelaskan, keberadaan batubara itu membuat air yang sehari-hari digunakan tidak lagi bisa dipakai.
Bahkan hal tersebut berdampak kepada tanam tumbuh yang dimiliki warga sekitar. Contohnya, pohon karet sudah tidak subur lagi akibat kadar asam yang diduga berasal dari tumpukan batubara tersebut.
Menurut Lismiati sejak stokpile batubara berada di dekat area perkebenuan miliknya, kesuburan lahan menurun, dan banyak pohon yang mati, Sabtu
11/07/2020).
Dirinya meminta pertanggungjawaban pemilik batubara untuk mengganti rugi.
"Sejak adanya stokpile air sudah tidak bisa dipakai. Karena sekarang kita gatal-gatal, dan kebun pun jadi rusak," ucap Handani.
Hal tersebut juga dirasakan Lismiyati yang meminta pihak pemilik perusahaan lebih peduli dengan masyarakat sekitar atas dampak dari stokpile batubara tersebut.
"Kita minta diperhatikan untuk bisa dibuatkan sumur bor dan kebun kami yang sudah rusak untuk diganti," tegasnya.
Lismiyati dan warga mengajukan surat keberatan kepada pemilik stokpile batubara, yang bernama A. "Keberatan ini saya ajukan karena menimbulkan dampak negatif. Kami merasa dirugikan oleh adanya limbah yang mengalir yang mencemarkan kebersihan lingkungan. menimbulkan bau tak sedap dan juga mencemari air sungai yang kami konsumsi setiap hari." tandanya.
Surat keberatan tersebut dibubuhi materai, dan ditandatangani Lismiyati Jain Sahari. Surat jeberatan itu juga ditembuskan Kepala Desa setempat. (YCP/Kdn/Red).
Hal tersebut disampaikan oleh dua ibu rumah tangga yang berada di wilayah Desa Tampa, Kecamatan Paku, Kabupaten Barito Timur (Bartim) Provinsi Kalimantan Tengah.
Dua ibu rumah tangga bernama Handani dan Lismiyati kepada baritorayapost.com menjelaskan, keberadaan batubara itu membuat air yang sehari-hari digunakan tidak lagi bisa dipakai.
Bahkan hal tersebut berdampak kepada tanam tumbuh yang dimiliki warga sekitar. Contohnya, pohon karet sudah tidak subur lagi akibat kadar asam yang diduga berasal dari tumpukan batubara tersebut.
Menurut Lismiati sejak stokpile batubara berada di dekat area perkebenuan miliknya, kesuburan lahan menurun, dan banyak pohon yang mati, Sabtu
11/07/2020).
Dirinya meminta pertanggungjawaban pemilik batubara untuk mengganti rugi.
"Sejak adanya stokpile air sudah tidak bisa dipakai. Karena sekarang kita gatal-gatal, dan kebun pun jadi rusak," ucap Handani.
Hal tersebut juga dirasakan Lismiyati yang meminta pihak pemilik perusahaan lebih peduli dengan masyarakat sekitar atas dampak dari stokpile batubara tersebut.
"Kita minta diperhatikan untuk bisa dibuatkan sumur bor dan kebun kami yang sudah rusak untuk diganti," tegasnya.
Lismiyati dan warga mengajukan surat keberatan kepada pemilik stokpile batubara, yang bernama A. "Keberatan ini saya ajukan karena menimbulkan dampak negatif. Kami merasa dirugikan oleh adanya limbah yang mengalir yang mencemarkan kebersihan lingkungan. menimbulkan bau tak sedap dan juga mencemari air sungai yang kami konsumsi setiap hari." tandanya.
Surat keberatan tersebut dibubuhi materai, dan ditandatangani Lismiyati Jain Sahari. Surat jeberatan itu juga ditembuskan Kepala Desa setempat. (YCP/Kdn/Red).