Mohon untuk bersikap bijak dalam setiap menyikapi infomasi dan berita yang beredar di internet karena tidak semua berita itu benar, terkadang di salah gunakan oknum tertentu untuk membuat kekacauan dan fitnah

Cara Beternak Belut



Bisnis Beternak Belut atau Budidaya Belut bisa dilakukan sebagai usaha sampingan yang menawarkan keuntungan yang cukup menjanjikan, belut juga dipasarkan ekspor ke beberapa negara. Dengan menekuni bisnis Beternak Belut atau Budidaya Belut banyak pemula yang belum mengetahui seluk beluk teknik Beternak Belut atau Budidaya Belut sehingga kurang memberikan hasil yang memuaskan.

Ada beberapa kendala kasus yang sering ditemui dalam melakukan Beternak Belut atau Budidaya Belut, diantaranya permasalahan tersebut misalnya adalah belut tidak bisa besar, belut banyak yang mati dan lain-lain. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, perlu pengetahuan teknik Beternak Belut atau Budidaya Belut yang cukup.

Media Budidaya Belut
Media pemeliharaan untuk Beternak Belut atau Budidaya Belut bisa berupa kolam semen, kolam terpal dan bahkan drum bekas yang penting belut tidak lari keluar media. Ukuran kolam juga disesuaikan dengan ketersediaan lahan dan tentunya ini berkaitan pula dengan bibit belut yang akan di tebar. Selain itu kolam untuk Beternak Belut atau Budidaya Belut diupayakan menyerupai habitat aslinya, untuk membuat demikian media pada kolam diisi dengan tanah sawah atau lumpur kolam yang sudah dikeringkan, pupuk kandang, pupuk kompos atau sekam/gabah padi yang sudah dibusukan, bisa juga dengan jerami padi, cincangan batang pisang, pupuk orea dan pupuk NPK.

Penempatan media tersebut di atas dilakukan dengan perbandingan:
  • Lapisan pertama paling bawah jerami padi dengan tinggi/tebal 5 cm, ditaburkan secara merata pupuk orea 5 kg dan pupuk NPK 5 kg, untuk ukuran kolam 500 cm x 500 cm, apabila kolam nya lebih besar atau lebih kecil ukuran nya dari ukuran ini perbandingan pupuk di atas bisa menjadi acuan.
  • Lapisan kedua tanah atau lumpur setinggi 5 cm.
  • Lapisan ketiga pupuk kandang setinggi 5 cm.
  • Lapisan keempat pupuk kompos setinggi 5 cm, untuk lapisan keempat tanah atau lumpur tinggi 5 cm.
  • Lapisan kelima adalah lumpur cincangan batang pisang setinggi 10 cm.
  • Lapisan keenam adalah tanah lumpur setinggi 10 cm.
  • Lapisan ketujuh adalah air setinggi 10 cm dan di atas air ditanami secara merata tumbuhan enceng gondok sampai menutupi 3/4 permukaan kolam.
Setelah semua media terisi didalam kolam diamkan media pemeliharaan tersebut selama 2 minggu agar seluruh media mengalami fermentasi dan setelah 2 minggu selesai proses fermentasinya maka, benih atau bibit belut dapat dimasukkan ke kolam pemeliharaan tersebut.

Memilih Bibit Belut
Selanjutnya untuk mengoptimalkan hasil panen Beternak Belut atau Budidaya Belut diperlukan teknik pemeliharaan bibit yang baik dan tepat sehingga memperoleh belut berkualitas baik dan tidak menghasilkan keturunan up normal. Benih belut yang dipilih harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
  • Anggota tubuhnya masih utuh dan mulus yaitu tidak ada luka bekas gigitan
  • Gerakan tubuh lincah dan agresif
  • Penampilannya sehat yang di ciri kan dari tubuhnya yang keras tidak lemas jika dipegang
  • Tubuhnya berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklat-coklatan dan usianya sekitar 2 bulan atau 4 bulan.
Fakta seputar kehidupan belut
Belut mempunyai kelamin ganda pada kehidupannya, belut menjalani pergantian kelamin dari betina ke jantan dalam siklus kehidupannya. Belut muda selalu berkelamin betina, sedangkan belut yang sudah tua selalu berkelamin jantan dan karena sifat-sifat belut serupa itu, maka pada belut bisa mengalami masa kosong kelamin atau disebut banci. Dengan adanya perubahan kelamin inilah pada belut sering terjadi kanibalisme, saling bunuh dan makan diantara mereka sendiri.

Makanan Belut :
Secara alamiah belut memakan berbagai jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh dalam air seperti serangga, siput, dan juga cacing anak katak serta anak ikan. Jadi belut tergolong hewan karnivora yaitu ikan pemakan binatang lain. Belut yang masih kecil memakan zooplankton yang halus seperti antara lain protozoa atau hewan bersel satu, microcrustacean atau udang-udangan renik, invertebrata, microscopic atau hewan-hewan tak bertulang belakang yang keci-kecil sedangkan belut yang mulai dewasa memakan larva-larva serangga, cacing, siput, berudu kodok dan benih-benih ikan yang masih lemah.

Karena belut menyukai binatang hidup, maka tidak mudah belut mencari makanan. Untuk itu belut menyergap mangsanya dengan membuat lubang perangkap, lubang ini dibuat dengan menggali lumpur baik ditepian perairan maupun ditengah sawah atau rawa. Lubang penyergap ini bergaris tengah 5 cm dan memanjang seperti terowongan bentuk lubang mula-mula tegak kebawah lalu membengkok dan mendatar.
Pemanenan Budidaya Belut
Untuk memanen belut diperlukan ketepatan waktu panen diperlukan wadah penampung juga perlu disiapkan untuk membawa belut hasil panen dilokasi penjualan. Belut siap panen untuk kebutuhan pasar lokal dari mulai penaburan benih sampai pemanenan minimal 3 bulan dengan jumlah per kg sekitar 20-30 ekor.

Budidaya Belut Dengan Lahan Terbatas

Belut merupakan jenis ikan air tawar dengan bentuk tubuh bulat, licin, memanjang dilengkapi dengan sirip punggung. Dalam klasifikasi perikanan yang berlaku di Indonesia jenis ikan ini diperinci sebagai berikut: Kelas : Pisces; Subkelas : Teleostei; Ordo : Synbranchoidae; Famili : Synbranchoidae.

Struktur tubuh belut adalah sebagai berikut :
  • Tidak memiliki sirip dada, punggung, dan dubur. 
  • Tubuh belut juga tidak bersisik dan bersirip perut. 
  • Letak dubur berada di bagian belakang badan.
Jenis-Jenis Belut
Belut memiliki beberapa jenis, misalnya: Belut sawah, Belut rawa dan Belut bermata sangat kecil.

1. Belut sawah (Monopterus albus Zuieuw)
Panjang badan belut sawah adalah 20 x tingginya, di punggung bagian belakang perut terdapat permulaan sirip, dan belut sawah ini mempunyai tiga lengkung insang.

2. Belut rawa (Synbranchus bengalensis Mc. Clell)
Panjang badan belut rawa adalah 30 x tingginya. Letak permulaan sirip punggung berada di muka dubur. Belut rawa memiliki lubang insang kecil terletak di bagian perut dan memiliki empat lengkung insang.

3. Belut bermata sangat kecil (Macrotrema caligans/Cantor)
Belut ini mempunyai mata yang sangat kecil berada di atas bibir bagian tengah, letak permulaan sirip punggung berada di bagian tengah dubur dan memiliki empat lengkung insang.

Dari tiga jenis belut di atas hanya belut sawah yang banyak dikenal di Indonesia, sedangkan belut rawa dan belut bermata kecil tidak banyak dikenal oleh masyarakat, karena jumlahnya sangat terbatas.

Cara Budidaya Belut
Budidaya belut tidak sesulit seperti budidaya ikan, baik sebagai ikan peliharaan maupun sebagai ikan ternak. Masalah penting dalam budidaya belut adalah terdapat pada masih sulitnya pengadaan benih atau penyediaan bibit. Kebutuhan ini dapat diperoleh langsung dari alam atau membeli di tempat pembibitan. Pembibitan belut secara buatan sampai sekarang belum terdapat di Indonesia, sehingga penyediaan benih atau bibit secara langsung masih tergantung pada keberadaan belut di alam.

Langkah-langkah yang perlu dicermati dalam budidaya belut adalah:

Persyaratan Lokasi

  • Secara klimatologis belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
  • Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, 
  • Air tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak atau limbah pabrik.
  • Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
  • Suhu udara optimal untuk pertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31°C.
Prinsipnya kondisi perairan adalah air harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit atau benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.

Bahan yang diperlukan
Sediakan wadah yang kedap air yang terbuat dari bak beton, batu bata, bambu semen atau ferrocement, drum atau bahan lain yang memungkinkan. Ukuran bak dapat bervariasi, tergantung kebutuhan. Misalnya saja 2 x1 x 1 meter. Dalamnya bak yang baik antara 0,8-1 meter, sedangkan minimumnya 0,60 meter.



Bahan dan alat yang diperlukan adalah:
  1. Tanah yang berstruktur lumpur, persis seperti tanah sawah.
  2. Jerami
  3. Pelapah pisang 
  4. Bambu 
  5. Pupuk kandang (kuda, sapi, kerbau, dsb.) 
  6. Air 
  7. Cangkul, parang,
Media Budidaya
Mula-mula dasar bak diisi tanah lumpur setebal 10 cm, kemudian di atasnya ditaruh jerami yang sudah lapuk setebal 10 cm. Lapisan selanjutnya adalah pelepah pohon pisang yang sudah layu dipotong-potong setebal 10 cm. Kemudian diberi pupuk kandang setebal 10 cm sebagai lapisan ketiga. Pupuk yang dipakai sebaiknya yang sudah jadi. Taburkan lagi di atasnya tanah lumpur setebal 5 cm secara merata. Lapisan paling atas dibentuk miring, sehingga bagian yang terendam air hanya 2/3 bagian saja. Bagian yang tidak terendam air adalah tempat bertelur belut. Ketebalan lapisan keseluruhan sebaiknya 50-60 cm.

Skema kolam budidaya belut dapat dilihat sebagai berikut:



Kolam Budidaya

Kolam budidaya belut tidak perlu luas. Cukup dibangun antara 10-20 meter persegi saja. Sebelum kolam dipergunakan, dasar-dasar tepian kolam sebaiknya dicangkul dulu selebar satu meter dari pematang agar nantinya mudah membentuk lumpur. Perlumpuran akan mempermudah belut mengali lubang perkawinan. Tapi sebelum peternakan ini diairi, terlebih dahulu harus diberi pupuk kandang yang telah matang sebanyak 30 kg untuk kolam seluas 10 meter persegi.

Sebelum air dimasukkan, saluran pemasukan air diamankan terlebih dahulu dengan diberi saringan yang kedap guna menghindari kepergian belut dari kolam. Air dialirkan sampai kedalaman 20 cm di bagian terdalam, dan 15 cm di bagian terdangkal. Sehingga wujud kolam seperti sawah. Lumpur yang harus dibentuk, paling dangkal 15 cm atau lebih, karena dalam masa perkawinan belut jantan suka menggali lubang 10 cm ke bawah lalu membengkok lurus datar, selanjutnya kembali ke atas. Lubang perkawinan ini akan berbentuk huruf “U”. Pastikan air yang menggenangi kolam selalu dalam keadaan mengalir.

Gunakanlah air tawar yang tidak mengandung soda (bekas sabun, deterjen), tidak mengandung racun (pestisida) atau minyak. Contohnya air sungai, air ledeng, dan air sisa dapur yang tidak mengandung sabun.

Pemeliharaan
Proses Pembenihan

Proses pembenihan belut diawali dengan menyiapkan bibit induk belut 2 macam ukuran yang berbeda umur yaitu:
  • Belut yang panjangnya antara 20-30 cm. Belut ini merupakan induk betina yang sudah siap kawin.
  • Belut yang panjangnya sudah lebih 40 cm. Belut ini berfungsi sebagai pejantan.
Belut yang dimasukkan dalam kolam peternakan adalah satu ekor jantan dan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 meter persegi. Proses pembenihan belut melalui pemijahan berbeda dengan pemijahan jenis-jenis ikan lain pada umumnya yang lebih banyak pejantannya dibanding betina. Selama pemijahan air harus tetap mengalir, walau secara pelahan-lahan.

Berikut dijelaskan proses pemeliharaan belut:

a. Pemeriksaan induk



Setelah induk-induk dimasukkan dalam kolam perkawinan (peternakan), kolam harus diperiksa setiap hari. Kalau mulai terlihat gelembung-gelembung busa, tandanya belut sudah membuat lubang perkawinan. Selanjutnya setiap gelembung busa diberi tanda dengan menancapkan ajir bambu, guna memudahkan penangkapan benih hasil perkawinan nanti. Busa tersebut akan tetap terlihat sampai sepuluh hari kemudian, setelah itu akan menghilang. Hilangnya busa ini menunjukkan kalau perkawinan sudah selesai berlangsung.

Menetasnya telur tinggal menunggu waktu saja. Biasanya dalam sepuluh hari kemudian telur-telur sudah menetas. Sebelum telur menetas kita harus selalu mengawasinya dengan baik.

Setelah menetas dan anak-anak belut berumur 5-8 hari, sebaiknya benih-benih tersebut segera diambil. Pada umur ini benih belut belum mampu menyebar ke berbagai penjuru untuk menggali lubang dan masih tetap berkumpul di lubang sarang induknya. Ukuran benih pada saat ditangkap kira-kira baru sepanjang 1,5 - 2,5 cm dan untuk menangkap benih ini sebaiknya kolam jangan dikeringkan. Pertama tangkaplah terlebih dahulu belut jantan pengasuh dengan jala sodoran bermata lembut. Selanjutnya induk-induk lain dipindahkan ke kolam penampungan induk.

b. Tanda-tanda kelamin belut
Ciri-ciri kelamin belut betina adalah panjangnya antara 10-30 cm, kulitnya berwarna lebih cerah/muda dan bentuk kepalanya runcing sedang belut jantan panjangnya antara 30-50, warna kulitnya lebih tua dan bentuk kepalanya tumpul. Sifat kelamin pada belut dapat berubah-ubah atau Progynus Hermaphrodite dimana seekor belut dapat mengalami masa-masa kosong kelamin, masa betina, masa jantan, dan akhirnya dapat menjadi kanibal (saling bunuh dan makan antar mereka).

c. Pendewasaan belut

Membesarkan benih belut diperlukan kolam pemeliharaan yang cukup persediaan makanan, dan cukup sehat lingkungan guna pertumbuhan yang baik.

Jumlah benih yang bisa ditebarkan dalam kolam pembesaran ini adalah 500 ekor (ukuran 1 cm) per m². Jadi untuk kolam seluas 100 m² bisa ditebarkan benih sebanyak 50.000 ekor belut. Masa pemeliharaan benih belut ini tak boleh lebih dari 2 bulan karena kolam harus dibongkar dan diperbaharui lagi bahan organiknya. Hasil yang bisa dipungut adalah belut berukuran 5-8 cm. Jadi untuk memperolah belut konsumsi yang berukuran 30 cm ke atas jelas masih memerlukan pemeliharaan lebih lanjut. Tapi bagi pedagang benih, anak belut berukuran 5-8 cm ini sudah bisa diperdagangkan dengan harga yang sangat menguntungkan.

Makanan pokok dan makanan tambahan
Pada waktu masih kecil belut, memakan jasad-jasad renik. Jika telah dewasa memakan juga larva-larva, serangga, cacing tanah serta benih-benih ikan yang masih lemah. Sedangkan makanan tambahan adalah seperti tepung ikan, dedak, bekatul, pelet, sisa-sisa dapur, nasi dan lain sebagainya.

Pemanenan
Pemanenan dapat dilakukan bertahap, selama pemeliharaan dengan waktu 6 bulan bisa dipanen sebanyak 6 kali. Panenan pertama dapat dilakukan setelah 1,5 bulan dari mulai benih dimasukan. Panen berikutnya dapat dilakukan setiap 3 minggu sekali. Tiap pemanenan sebaiknya dilakukan pada bagian yang terendam air saja. Jadi tempat sarang mereka tidak terganggu. Kecuali pada panen total di mana seluruh tanah lumpur sarang mereka dibongkar semuanya.

Kalau menginginkan panen bertahap terus-menerus, selama itu pula tempat sarang mereka jangan diganggu. Atau dapat digunakan sistem 2 bak yang saling berhubungan. Semula keduanya merupakan bak tempat berkembang biak, setelah diadakan panen pertama bak yang satu tetap sebagai tempat berkembang biak sedang yang satunya lagi sebagai tempat pengambilan. Kedua bak ini dibatasi dinding penyekat. Pada dinding tersebut dibuat lubang penghubung yang berfungsi sebagai jalan para belut berpindah tempat dari bak pembiakan ke bak pengambilan. Permukaan bak pengambilan dibuat lebih rendah sehingga belut yang sudah terlanjur pindah kemari tidak dapat balik lagi ke bak pembiakan.



Cara Budidaya Belut Dalam Tong

Bagaimana cara budidaya belut ini secara lengkap, maka berikut bisa secara detail yang disajikan untuk Anda.

Perlengkapan 
Hal yang paling utama dan pertama sekali yang harus dipersiapkan dalam budidaya belut di dalam tong adalah peralatan-peralatan sebagai berikut: 
  • Tong atau Drum, disarankan yang terbuat dari bahan plastik agar tidak berkarat. 
  • Paralon 
  • Kawat Kasa 
  • Tandon sebagai penampung air 
  • Ember, cangkul, baskom dan juga jerigen.
Persiapan dan Teknik Budidaya Belut
Persiapan dan teknik budidaya belut perlu diketahui agar kelak mendapatkan hasil yang maksimal. Disini hal yang perlu diperhatikan adalah media pemeliharaan sebagai tempat berkembang biak atau media tempat membesarkan belut. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

A. Drum atau Tong
Drum yang digunakan untuk budidaya belut harus yang tidak bocor dan juga tidak berkarat. Bila drum yang digunakan terbuat dari besi atau kaleng, maka sebaliknya drum tersebut sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu dari karat dan lakukan pengecetan ulang dan diamkan sampai kering hingga tidak berbau cat lagi.Cara mempersiapkan drum atau tong sebagai media budidaya belut dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut ini: 
  • Letakkanlah tong pada posisi tanah yang datar. Hal ini dilakukan agar media menjadi lebih luas. 
  • Buka bagian tengan drum dan sisakan 5 cm pada bagian sisi kiri dan kanan. 
  • Pasang alat sebagai penganjal agar drum tidak menggelinding dan bergerak. 
  • Buat saluran pembuangan dibawah tong. Letak saluran pembuangan ini dapat disesuaikan dengan penampungan limbah pembuangan. 
  • Buah peneduh tong, sehingga intensitas panas matahari tidak terlalu tinggi dan mengenai langsung ke permukaan drum. Bahan ini dapat dibuat dengan net atau waring dan bisa juga dibuat dengan bahan-bahan yang lebih sederhana lainnya.
B. Media Tanah
Media tanah yang digunakan adalah tanah yang tidak berpasir dan juga tanah yang tidak terlalu liat dan memiliki kandungan hara yang cukup. Dalam hal ini disarankan untuk menggunakan media tanah yang diambil dari sawah. Pematangan media tanah dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 
  • Masukkan tanah kedalam tong hingga ketinggian 30-40 cm 
  • Masukkan air hingga tanah becek namun tidak menggenang. 
  • Masukkan EM 4 sebanyak 4 botol kedalam tong. 
  • Aduk tanah sebanyak 2 kali sehari hingga tanah menjadi lembut dan gembur.
Perlu diketahui bahwa perlakuan di atas tidak berlaku untuk bahan baku tanah yang diambil dari sawah.

C. Media Instan Bokashi
Media ini dibuat di luar tong yang merupakan campuran dari bahan utama dan bahan campuran. Penggunaan 100 kilo bahan akan menghasilkan 90 kilo media instan bokashi. Untuk setiap tong ukuran 200 liter membutuhkan 40 kilo bokashi. Dalam pembuatan bokashi dibutuhkan bahan-bahan utama sebagai berikut: 
  • Jerami padi (40 persen) 
  • Pupuk Kandang (30 persen) 
  • Bekatul (20 persen) 
  • Potongan batang pisang (10 persen)Bahan dan campurannya terdiri atas 
  • EM4 
  • Air Sumur 
  • Larutan 250 gram gula pasir untuk menghasilkan 1 liter larutan molases.
Cara pembuatan media instan bokashi dilakukan sebagai berikut: 
  • Cacah jerami dan potongan batang pisang dan kemudian dikeringkan terlebih dahulu. Tanda bahan yang sudah kering adalah hancur ketika digenggam. 
  • Campurkan bahan cacahan diatas dengan bahan pokok lainnya dan aduk hingga merata. 
  • Campurkanlah bahan ini sedikit demi sedikit tetapi jangan terlalu basah. 
  • Tutup media dengan karung goni atau terpal selama 4-7 hari. 
  • Bolak balik campuran agar tidak membusuk.
D. Mencampur Media Tanah dan Media Bokashi
Untuk mencapur media tanah dan media bokashi dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 
  • Masukkan media Bokashi kedalam tong dan aduk hingga merata. 
  • Masukkan air kedalam tong hingga ketinggian 5 cm dan diamkanlah hingga terdapat plankton atau cacing (sekitar 1 minggu) selama proses ini berlangsung tong tidak perlu ditutup. 
  • Keluarkan air dari tong dan ganti dengan air baru dengan ketinggian yang sama. 
  • Masukkkan tumbuhan air yang tidak terlalu besar sebanyak 3/4 bagian dan ikan-ikan kecil. 
  • Masukkan vetsin secukupnya sebagai perangsang nafsu makan belut dan diamkan selama 2 hari.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah ketinggian seluruh media, kecuali media tumbuhan air tidak lebih dari 50 cm.

E. Masukkan bibit belut
Setelah seluruh media budidaya diatas dipersiapkan, maka tahapan selanjutnya adalah menebarkan bibit belut. Bibit yang ditebar sebaiknya sebanyak 2 kg atau dengan jumlah bibit sebanyak 160-200 ekor.

Perawatan
Perawatan belut yang dibudidayakan didalam tong relatif lebih mudah karena pemantauan budidaya juga relatif kecil. Tetapi demikian perawatan harus tetapi diperhatikan, diantaranya adalah:

a. Pemberian Pakan
Sebenarnya tidak ada aturan baku tentang volume pemberian pakan. Tetapi sebaiknya pakan diberikan 5 persen dari jumlah bibit yang ditebarkan. Pakan yang diberikan sebaiknya terdiri dari cacing, kecebong, ikan-ikan kecil, dan cacahan keong mas atau bekicot. Pemberian pakan diberikan pada hari ke-3 setelah bibit ditebar didalam tong. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada sore hari seperti kebiasaan belut makan dialam bebas, yaitu sore dan malah hari.

b. Pengaturan Air
Pengaturan air sangat diperlukan untuk membuang sisa makanan agar tidak menumpuk dan menimbulkan penyakit bagi belut. Pengaturan air ini dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih ke dalam tong. Sebaiknya air yang masuk berupa percikan air, dan hal ini sangat cocok dilakukan dengan menggunakan pipa paralon sebagai media aliran. Sementara untuk saluran pembuangan dapat dilakukan dengan membuat lobang pada tong di ketinggian 8 cm dari genangan air pada media. 
Selain itu untuk mengatur pembuangan sisa kotoran percikan air jugasangat bermanfaat untuk menambah oksigen.

c. Perawatan Tanaman Air
Tanaman air ini juga digunakan sebagai penjaga kelembaban tempat budidaya dan juga menjaga belut dari kepanasan.

d. Pemberian EM4.
EM4 berfungsi untuk menetralisir sisa-sisa pakan. Selain itu juga berfungsi untuk mengurangi bau. EM4 diberikan 2-3 kali sehari dengan dosis 1/2 sendok makan yang terlebih dilarutkandalam 1 liter air.

e. Perawatan  Disekitar Lokasi 
Perawatan di sekitar lokasi ini dilakukan untuk menjaga tong dari tanaman liar, lumut, dan hama maupun predator pemangsa seperti ayam.

Pemanenan
Pemanenan belut sudah dapat dilakukan setelah 3-4 bulan masa budidaya dilakukan atau sesuai dengan keinginan kita dan keinginan (permintaan) pasar. Pemanenan untuk media drum / tong tentunya lebih mudah, dan belut hasil budidaya siap dipasarkan.

Membuat Pakan Ternak Dengan Fermentasi

Cara ini tergolong mudah dan relatif murah, praktis dan hasilnya sangat diminati ternak adalah fermentasi dengan menambahkan bahan mengandung mikroba proteolitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik dan bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik (contohnya: starbio, starbioplus, EM-4 peternakan dan lain-lain).

Bahan-bahan
  1. Jerami/Rumput Gajah/Kolonjono/dll : 1 ton
  2. Urea : 6 kg
  3. Starbio atau bahan sejenis : 6 kg
  4. Air : Secukupnya
Tempat
Terlindung dan terhindar dari hujan, sinar matahari langsung.

Cara Pembuatan
  • Jerami kering dilayukan selama kurang lebih 1 hari untuk mendapatkan kadar air mendekati 60%, dengan tanda-tanda jerami kita remas, apabila air tidak menetes tetapi tangan kita basah berarti kadar air mendekati 60%. 
  • Jerami yang sudah dilayukan tersebut dipindahkan ke tempat pembuatan dengan cara ditumpuk setebal 20-30 con (boleh diinjak-injak) kemudian ditaburkan urea, bahan pemacu mikroorganisme (starbio atau bahan sejenis) dan air secukupnya kemudian ditumpuk lagi jerami seperti cara di atas sehingga mencapai ketinggian kurang lebih 1,5 m. 
  • Tumpukan jerami dibiarkan selama 21 hari (tidak perlu dibolak-balik)
  • Setelah 21 hari tumpukan jerami dibongkar lalu diangin-anginkan atau dikeringkan. 
  • Jerami siap diberikan pada ternak atau kita stok dengan digulung, dibok dan disimpan dalam gudang. Tahan disimpan selama kurang lebih 1 tahun
  • Dalam membuat jerami fermentasi tidak perlu ditutup. Apabila membuat jerami fermentasi dalam jumlah sedikit tumpukan jerami bisa ditutup dengan sehelai karung goni.
  • Selain jerami, bahan lain yang bisa di fermentasi untuk makanan ternak antara lain: alang-alang, pucuk tebu dll. Alang-alang dibuat fermentasi dengan dilayukan terlebih dahulu dan harus dipotong-potong antara 5-10 cm (bahan sama yaitu starbio dan urea).
  • Fungsi urea pada proses pembuatan fermentasi adalah sebagai pensuplai NH3, ini digunakan sebagai sumber energi bagi mikrobia dalam poses fermentasi. Jadi disini urea tidak sebagai penambah nutrisi pakan. Bisa juga dikatakan sebagai katalisator dalam proses fermentasi. 
  • Perbedaan Amoniasi dan Fermentasi, Amoniasi adalah suatu poses perombakan dari struktur keras menjadi struktur lunak (hanya struktur fisiknya) dan penambahan unsur N saja, sedangkan Fermentasi: adalah proses perombakan dari struktur keras secara fisik, kimia dan biologis sehingga bahan dari struktur yang komplek menjadi sederhana, sehingga daya cerna ternak menjadi lebih efisien.
Kelebihan pakan ternak kambing fermentasi:
1. Memperbaiki sistem pencernaan kambing.
2. Meningkatkan produksi susu kambing (terutama pada susu kambing etawa)
3. Bobot ternak cepat bertambah secara alami, gemuk, dan sehat.
4. Meningkatkan nafsu makan kambing
5. Daging kambing lebih berisi serta rendah kolesterol.
6. Kambing ternak lebih kebal dan tahan terhadap penyakit.
7. Kotoran kambing tidak bau sehingga tidak mencemari udara lingkungan.
8. Kotoran dan urine kambing lebih sedikit dan bisa digunakan sebagai pupuk kandang/biogas alami.

Cara pembuatan pakan fermentasi kambing dengan Pohon Pisang :
  1. Pohon Pisang dipotong-potong/dicacah kecil-kecil. Lalu siapkan larutan dari gula dan parutan nanas dicampur dengan air untuk fermentasi basah (gedebog) 1 liter 
  2. Di sisi lain, campurkan bahan utama yaitu pohon pisang, Ampas tahu dan Katul ke dalam wadah yang besar.
  3. Larutan yang berisi air, gula pasir dan parutan nanas 1 buah tadi aduk rata dan diamkan sejenak selama kurang lebih 15 menit. Kemudian masukan lagi larutan itu kedalam air ±10 liter lalu siramkan secara merata ke dalam campuran pakan dalam wadah besar, kemudian sebagai tambahan taburkan garam dan aduk lagi terus menerus hingga semuanya tercampur rata.
  4. Masukan Pakan kedalam ember/drum plastik lalu tutup dengan terpal/plastik tujuannya agar kedap udara selama kurang lebih 1 hari dan jika menggunakan bahan batang pohon pisang/debog (Basah) cukup 1-3 jam.
  5. Pakan fermentasi siap untuk diberikan pada ternak kambing atau sapi setiap pagi dan sore.
Pemanfaatan limbah sebagai pakan ternak kambing atau disebut pakan fermentasi yang memanfaatkan bakteri pada Starbio maupun EM4 yang digabungkan dengan limbah jerami, gedebog, rumput kering ataupun ampas kacang sebagai bahan makanan utama. Cara membuat pakan ternak kambing fermentasi (jerami, batang pohon pisang) sebenarnya cukup mudah. Cara pembuatan ini memang dibuat dengan sesederhana mungkin, namun hasilnya sangat luar biasa dan terbukti bisa menaikan berat badan kambing sekitar 2–4 kg selama waktu 10 hari. Cara fermentasi pada pakan ini banyak dimanfaatkan peternak sebagai pakan alternatif di musim kemarau, karena pada saat itu untuk mendapatkan bahan makanan utama terutama hijauan sangat sulit. Sehingga para peternak sudah mengantisipasinya dengan membuat pakan kambing fermentasi saat masih musim penghujan dimana bahan pokok untuk pakan masih melimpah.

Jerami Padi Untuk Ternak Kambing

Mudah, Murah dan Efektifnya Membuat Pakan Fermentasi Jerami Padi Untuk Ternak Kambing. Cara pemberian pakan fermentasi ini adalah satu dari banyak cara memaksimalkan hasil ternak para peternak tradisional.

Metode pembuatan pakan fermentasi ini beberapa fungsinya adalah :
  1. Membuat efektif biaya yang dikeluarkan peternak. Dengan penggunaan metode pakan fermentasi para peternak bisa membuat pakan dalam jumlah banyak dan bisa disimpan, jadi mereka tidak harus banyak meluangkan waktu untuk cari pakan, karena mereka selalu mempunyai stock berlimpah pakan fermentasi. Waktu cari pakan yang bisa digantikan oleh jenis pakan fermentasi ini bisa digunakan untuk melakukan hal produktif lainnya.
  2. Mampu membuka dan memberikan wawasan baru mengenai perkembangan ilmu peternakan sehingga hasil peternakan para peternak tradisional pun meningkat dan bisa memenuhi kebutuhan daging kambing untuk Indonesia sehingga tidak perlu melakukan impor daging kambing
  3. Mengurangi resiko bahaya keselamatan jiwa. 
Cara membuat pakan fermentasi pakan kambing dengan media jerami padi :

BAHAN DAN UKURAN:
  1. 1000 Kg jerami padi , dipilih yang sudah kering, kemudian dicacah panjang 5 cm, tujuan pencacahan jerami ini untuk memudahkan terjadinya proses fermentasi dan ketika nanti pakan fermentasi sudah siap diberikan ke kambing, ternak kambing akan mudah memakan dan mengunyahnya.
  2. 20-25 Lt, tetes atau molase bila tidak ada dapat diganti gula yang dilarutkan
  3. 1 botol, Probiotik
  4. 250-300 Lt. Air untuk melarutkan probiotik dan tetes/15Lt untuk jerami basah
PERALATAN:
  1. Tempat untuk fermentasi jerami dapat berupa tembok semen, bis semen, drum sesuai kemampuan dan jumlah ternak
  2. Alat pemotong, sabit atau sejenisnya atau bisa menggunakan mesin pencacah jerami
  3. Ember atau timba, gembor, terpal plastik atau karung plastik
CARA MEMBUAT :
  1. Sediakan tempat fermentasi, pastikan kondisinya bagus
  2. Jerami kering atau bahan-bahan kering yang telah ada dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 5 cm
  3. Larutkan tetes tebu serta probiotik dengan air menjadi satu sesuai perbandingan bahan-bahan di atas.
  4. Siapkan terpal plastik untuk alas mencampur antara jerami dengan campuran tetes probiotik dan air.
  5. Jerami padi yang sudah dipotong ditaruh di atas terpal sedikit demi sedikit sambil disiram larutan air tetes dan probiotik sesuai perbandingan di atas sampai merata dan jerami kelihatan basah.
  6. Setelah jarami benar-benar telah disiram rata dengan larutan tersebut, jerami dimasukkan ke dalam wadah sedikit demi sedikit sambil dimampatkan/diinjak-injak supaya padat.
  7. Setelah mampat (padat) wadah ditutup hingga rapat betul, usahakan agar udara benar-benar kosong
  8. Setelah 7 hari jerami tersebut baru dapat mulai diberikan pada ternak kambing sesuai dengan kebutuhan dan selama bahan tersebut belum habis setelah mengambil bahan dari silo supaya ditutup kembali dengan rapat
  9. Penempatan silo supaya terhindar dari genangan air, terhindar dari terik matahari dan air hujan tidak boleh masuk ke dalam silo
CARA MEMBERIKAN:
  • Pemberian diberikan dua kali pagi dan sore dengan ukuran: bobot kambing x 3% pakan kering (jerami yang telah difermentasi)
  • Ditambah makan tambahan berupa katul yang baik (kualitas I) sebanyak 0,5 kg/ekor
  • Apabila waktu petama kali tenak diberi pakan fermentasi tersebut tidak langsung mau supaya dilatih sedikit demi sedikit sampai mau makan dengan lahap.
  • Agar ternak kambing cepat gemuk perlu diberi makan lain yang kadar proteinnya tinggi seperti pemberian katul konsentrat.
  • Usahakan memberikan pakan hijauan tinggi gizi seperti, daun kaliandra, kleresede, kolonjono
  • Air minum supaya tetap tersedia (jangan sampai telat), ada baiknya airnya diberikan garam.
  • Media fermentasi bisa menggunakan beberapa bahan pakan seperti gedebok pisang, rumput ilalang, daun tebu dan beberapa lainnya. 
Ternak Kambing Secara Modern
Beberapa hal yang banyak dilakukan perubahan adalah pada cara pemberian pakan, jenis pakan dan kandang kambing modern. Pada kesempatan ini saya akan mencoba sedikit banyak mengulas mengenai berbagai hal tersebut.

Teknik pakan fermentasi
Para peternak modern saat ini sangat memanfaatkan peluang kerjasama dengan berbagai produsen obat-obatan ternak sehingga para peternak mendapatkan kemudahan dalam hal penyediaan pakan untuk kambingnya. Hal yang dilakukan atau yang diajarkan oleh para produsen obat adalah dengan mengajarkan peternak untuk menggunakan berbagai limbah untuk dijadikan pakan kambing. Limbah yang dimaksud antara lain :jerami padi, gedebok pisang dan rumput rumput yang kurang mengandung vitamin.

Metode yang digunakan adalah dengan metode fermentasi pakan, saya akan mengambil contoh kasus adalah fermentasi jerami. Seperti kita ketahui bersama bahwa para peternak kambing biasanya mempunyai sawah, ataupun kebalikannya, namun yang terjadi adalah limbah dari sawah yang berupa jerami padi, selama ini belum bisa dimaksimalkan sebagai pakan alternatif untuk kambing. Memang sungguh sangat disayangkan bahwa jerami yang berlimpah di sawah dari hasil panen, hanya dibiarkan teronggok disawah dan lama kelamaan hanya dibakar oleh para petani.

fermentasi jerami simplenya adalah, proses membuat jerami lapuk dan menambah nilai nutrisi pada jerami tersebut sehingga jerami tersebut bisa berfungsi sebagai pakan utama kambing menggantikan pakan hijauan. Proses yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan jerami, menimbunya tipis sekitar 30cm dan disiram dengan beberapa campuran bahan vermentasi, didiamkan selama 14-21 hari sehingga jerami fermentasi tersebut siap disajikan untuk kambing.

Bahan pakan dari fermentasi jerami terhitung sangat murah biayanya, peternak tidak perlu setiap hari "ngarit" atau mencari pakan hijauan untuk kambingnya. Hasil fermentasi jerami juga bisa di packing dalam bentuk dadu dan disimpan diatas kandang sehingga bisa dijadikan bahan makanan ternak yang sengaja di stock. Teknik pemberian pakan dengan jalan fermentasi ini dianggap teknik ternak modern, karena irit waktu, irit biaya, dan hasilnya lebih maksimal. Dengan pemanfaatan jerami fermentasi secara maksimal, maka akan membantu proses penggemukan kambing.

Bentuk kandang
Peternak modern telah menggunakan bentuk kandang panggung, dengan maksud :
  • Supaya peternak dengan mudah bisa membersihkan kotoran kambingnya setiap saat
  • peternak bisa mengumpulkan air seni dari kambing, di proses dengan benar sehingga menjadi pupuk organik cair
  • Dengan kandang bentuk panggung, maka kambing tidak akan bersentuhan langsung dengan tumpukan kotorannya sehingga akan membuat kondisi kesehatan kambingnya selalu terjaga 
  • Dengan bentuk kandang panggung, peternak dengan lebih mudah untuk menseleksi dan mengelompokkan kambingnya berdasarkan, jenis kelamin, tanggal lahir ( untuk mengukur progress kenaikan berat badan )
Kombinasi antara pemberian pakan fermentasi dan bentuk kandang panggung bisa menghasilkan input yang maksimal untuk hasil ternak. Teknik ternak kambing secara modern ini belum banyak dilakukan oleh peternak kambing di Indonesia. Proses penyuluhan mengenai pakan fermentasi dan dokumentasinya memang sangat diperlukan untuk mewujudkan para peternak kambing yang sejahtera dan mandiri.

Back To Top