Mohon untuk bersikap bijak dalam setiap menyikapi infomasi dan berita yang beredar di internet karena tidak semua berita itu benar, terkadang di salah gunakan oknum tertentu untuk membuat kekacauan dan fitnah

DJOKO TJANDRA & LUKA LAMA


DJOKO TJANDRA & LUKA LAMA

Oleh: Tere Liye

Ditangkapnya buronan bernama Djoko Tjandra, adalah momentum baik untuk membuka semua luka lama.

Kalian harus tahu, kenapa setelah krisis 1998, negara kita ini blangsak sekali? Ekonomi gitu2 saja, kurs rupiah terkapar? Karena  hutang. Pemerintah berhutang ratusan trilyun kepada lembaga internasional. Untuk apa? Menalangi perbankan yang kolaps saat itu.

Sederhananya begini: Ada cukong2, pemilik bank. Mereka ini banyak. Ada yang punya Bank A, Bank B, dsbgnya. Nah, dijaman itu, praktik perbankan kacau. Banyak peraturan dilanggar diam2. Jangankan dulu, sekarang saja masih ada yang coba2. Ketika krisis datang, genap sudah, rakyat menarik uang, kredit macet terjadi, kurs menggila, kerugian sana-sini, maka perbankan mengalami krisis. Uangnya kosong. Sementara yg dia kasih kredit, nggak bisa melunasi (lah, yg dikasih dia2 juga kadang).

Agar ekonomi Indonesia tidak tambah hancur lebur, dibentuklah BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional), apa tugasnya? Menyelamatkan bank2 ini. Maka dimulailah orkestra paling menjijikkan yang pernah ada. Ratusan trilyun digelontorkan ke bank2 ini. ITU BETULAN RATUSAN TRILYUN, BEDEBAAAH! Enak banget ngasihnya, kayak ITU UANG NENEK MOYANG ORANG2 INI. PADAHAL ITU SEMUA HUTANG YANG HARUS DIBAYAR RAKYAT. Bantuan ini untuk melunasi kredit, hutang bank, dll, dll. Salah-satu contohnya cessie bank bali yang melibatkan Djoko Tjandra, dan merugikan negara setengah trilyun.

TAPI, Djoko Tjandra ini cuma upil.

Setelah berkutat panjang, 20 tahun sejak kejadian, tahun 2019, KPK akhirnya menjadikan Sjamsul Nursalim alias Liem Tjoen Ho sebagai tersangka kasus ini. Si Liem ini punya bank bernama BDNI. Kolaps tahun 1998. BI dan BPPN lantas menggelontorkan trilyunan sebagai bantuan. Disebut BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia).

Ajaibnya, sim salabim, keluarlah Surat Keterangan Lunas BLBI ini. Apakah uang trilyunan ini balik ke pemerintah? Audit BPK menyatakan, negara dirugikan 4,58 trilyun. Si Liem ini sudah kaya, tambah kaya. Crazy. Kalau kalian tanya ke pengacara-nya, tentu mereka akan mati2an bilang itu tidak benar. Si Liem ini tajir cuy, dia sering masuk daftar orang terkaya di Indonesia.

Agustus 2019, Si Liem dinyatakan sebagai tersangka oleh KPK, kabur dia. Menghilang. Sama kelakuannya kayak cukong2 lain. Kaya, tapi begitulah, kabuuuur. 'Berlindung' dibalik polisi, jaksa, pengacara yang siap menjilati kaki2 mereka.

Penangkapan Djoko Tjandra, harusnya bisa jadi momentum utk menyelesaikan luka lama ini. Buka semua. Termasuk seluruh cukong yang dulu menerima SKL BLBI. Buka sejelas2nya, itu betulan balik duitnya atau bagaimana. Kita butuh penyidik2 yang visioner, progresif, dan yang jelas: punya rasa keadilan yang tinggi. Dalam kejahatan seperti ini, wah, semua bisa bersilat lidah. Tapi substansi kerugian negara tidak bisa diabaikan. Kita butuh penyidik, jaksa2 yang lihai menghadapi kelompok pengacara yg bersedia melakukan apa saja demi melindungi koruptor. Pengacara2 ini bahkan bisa membayar buzzer, wartawan, dll utk membentuk opini publik.

Negeri ini menderita sekali sejak krisis 1998. Siapa yang paling blangsak? Rakyat kecil. Lihatlah, setiap terjadi krisis, konglomerat, perusahaan (swasta, BUMN, BUMD, dkk) itu dibantu habis2an. Bahkan di jaman corona ini saja. Beh, enak banget itu korporasi bank2. Dikasih dana titipan oleh Kemenkeu trilyunan. Enak banget. Sementara rakyat? Yang kerja serabutan, dikasih paket sembako yang belum tentu nilainya segitu.

Luka lama ini HARUS segera diselesaikan, sebelum pelaku2nya meninggal. Wah, sekali mereka meninggal, benar2 hilang sudah. Anak cucu mereka yang tertawa bahak. Sementara anak cucu rakyat kecil, tetap blangsak.

Persis dulu WS Rendra bikin puisi:

Menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya,
mendengar 130 juta rakyat,
dan di langit
dua tiga cukong mengangkang,
berak di atas kepala mereka

(Sumber: fb)

DJOKO TJANDRA & LUKA LAMA

DJOKO TJANDRA & LUKA LAMA





DJOKO TJANDRA & LUKA LAMA

Oleh: Tere Liye

Ditangkapnya buronan bernama Djoko Tjandra, adalah momentum baik untuk membuka semua luka lama.

Kalian harus tahu, kenapa setelah krisis 1998, negara kita ini blangsak sekali? Ekonomi gitu2 saja, kurs rupiah terkapar? Karena  hutang. Pemerintah berhutang ratusan trilyun kepada lembaga internasional. Untuk apa? Menalangi perbankan yang kolaps saat

Gundulmu ngaku sakit hati!


Gundulmu ngaku sakit hati

Ada seorang JAKSA, dia pergi ke Malaysia, lantas bertemu dengan buronan kelas kakap Djoko Tjandra yang merugikan negara ratusan milyar. Di sana dia bertemu, berfoto dengan buronan ini, mantap sekali. Lihat fotonya di postingan ini. Foto ini sudah beredar dimana2, termasuk di media massa. Pengacara, Djoko Tjandra, dan jaksanya.

Apa sanksi atas JAKSA ini? Di copot. Kenapa dicopot? Karena pergi ke LN tanpa ijin atasan. Fantatis. Konon katanya, perjalanan JAKSA ini ke LN atas biaya sendiri.

Mantap sekali memang penegakan hukum di negeri ini. Buronan ditemui, diajak foto. Bukannya dibekuk, ditangkap bawa pulang, penjarakan. Terlepas dia mau PK kek, mau apa kek, dia itu buronan. Ngerti nggak definisi buronan? Katanya tahu hukum? Kok jadi ambyar begini sih?

Sudahlah, kita hentikan saja basa-basi omong kosong. Jaksa Agung itu pernah bilang dia "sakit hati" Djoko Tjandra berkeliaran. Lah, elu, anak buah elu ke LN, foto2 bareng buronan, cuma dicopot begini sanksinya. Kalau JAKSA anak buah elu ini ke LN -nya ijin atasan, maka boleh dong? Masa' anak buah elu ketemu buronan begitu.


Sudah nggak jalan lagi logika penegakan hukum di negeri ini. Itu JAKSA ngapain dia nemui buronan dengan biaya sendiri. Ada banyak kasus hukum di negeri ini yang bisa diurus sama jaksa dan penegak hukum lain, orang2 yang terzalimi, itu yang dibela. Lah, elu pergi ke LN, ngeluarin duit, malah asyik foto2 sama buronan. Dan catat, berapa kali dia nemuin buronan ini?

Gaji JAKSA, hakim, polisi, dll itu dari pajak rakyat. Elu digaji untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Ini seriusan deh, kalian nyadar nggak sih digaji rakyat? Atau jangan2 pekerjaan kalian jadi aparat itu cuma sampingan saja?

(BY Tere Liye)

*sumber: fb

Tere Liye: Hukum di negeri ini sedang dikencingi, Apa Presiden gak liat?


Darurat, Pak Pres!

Ijinkan saya bertanya: dimanakah logikanya, saat seorang bintang satu, Jenderal polisi, bersedia menanda-tangani surat jalan untuk seorang buronan negara kelas kakap, yang membuat negara kehilangan 500 milyar lebih?

Dimanakah logikanya? Saat seorang bintang satu, JENDERAL POLISI, kok bisa ngasih surat itu, membuat buronan ini bisa wara-wiri kemanapun, termasuk boleh jadi akhirnya kabur lagi dari Indonesia?

Cara2 begini hanya ada di cerita2 mafia mengerikan, atau gembong narkotika kelas berat Amerika Latin. Maka, sejatinya, negeri ini sudah mirip dgn itu. Logikanya tidak masuk lagi. Karena bedebah, penegak hukum, orang biasa, dll, sudah susah membedakannya.

Pak Pres, negeri ini darurat penegakan hukum. Ayolah, tidakkah elu bisa melihatnya. Jika seorang JENDERAL POLISI begitu santuynya ngasih surat jalan ke buronan kakap, maka bayangkan saja sendiri situasi di sekitarnya.

Hukum di negeri ini sedang dikencingi. Rasa keadilan sedang diberakin. Sementara elit politiknya terus saja sibuk nyari cara agar anak2nya, mantu2nya, ipar, adik, kakak, agar bisa nyalon pilkada 2020.

By Tere Liye
(Penulis novel Negeri Para Bedebah)

*Sumber: fb penulis

Back To Top