Kapan Habib Rizieq Kembali ke Tanah Air?
Oleh: Haz Pohan (Ex Dubes RI-Polandia)
INSIDEN pembakaran poster Iman Besar Habib Rizieq Shihab (HRS) yang gagal kemarin masih menjadi berita. Poster itu tak terbakar, entah kenapa. Insiden itu adalah kelanjutan dari aksi-aksi PA 212 dan pendukung Imam HRS yang membakar bendera PKI. Kejadian itu sendiri adalah terkait dengan aksi penolakan terhadap RUU HIP, maupun RUU BPIP.
Maka nama Imam Besar HRS kembali berkibar. Bahkan, ada spekulasi yang mengibaratkan peranannya sama seperti ketika Imam Khomeini kembali dari pengasingannya di Paris dan mencetuskan Revolusi Iran.
Iman Habib Rizieq juga dikhawatirkan akan mencetuskan revolusi jika diizinkan kembali ke tanah airnya, menurut pengamatan pakar politik di tanah air.
Banyak tokoh-tokoh Islam telah meminta HRS segera kembali ke Indonesia untuk memimpin ulama dan ummat dalam menyelamatkan NKRI dari gerogotan komunis. “PKI sedang kembali beraksi untuk bangkit mengulangi sejarah membunuh ulama,” komentar mereka di media sosial.
Kenapa HRS harus mengasingkan diri ke Arab Saudi? tanya orang awam yang tidak faham latar belakang kepergian HRS di tahun 2017 lalu. Pertama, untuk menghindari ancaman pembunuhan. HRS sendiri mengatakan dirinyat idak takut jika harus menghadapi maut yang sudah beberapa kali mengancanmnya. Kepergiannya hanyalaha memenuhi anjuran ulama dan ummat yang tidak ingin Imam Besar ini dibunuh oleh orang-orang komunis pembencinya.
Kedua, Saudi Arabia adalah negeri asal leluhurnya. HRS sendiri masih memiliki darah keturuan Rasulullah SAW. Status sebagai keturuan Rasulullah ini istimewa di mata pemerintah Saudi. Dia bisa tinggal sampai kapan semaunya, kata pejabat Saudi.
“Dia adalah tamu kehormatan bagi kami,” seperti kata mantan Dubes Kerajaan Saudi Arabia di Jakarta.
Ketiga, mengapa HRS sampai mengasingkan diri di Saudi Arabia hanya karena perkara sepele. Dia dituduh mengirim ‘chatting’ tak senonoh. Bukan hanya itu, HRS malah dilaporkan kepada Interpol gara-gara tuduhan chatting itu.
Tentu saja, dalam Statuta Interpol chatting antar warga –betapapun isinya mungkin sangat privat—bukanlah termasuk dalam yurisdiksi interpol.
Ini kebodohan penegak hukum, tetapi itulah realitanya, kata pengamat di suatu ketika pada saat HRS dilaporkan kepada Interpol bahkan dimintakan oleh pemerintah untuk ditangkap untuk dikembalikan ke Iindonesia.
Tentu saja ini kesia-siaan dan sangat merendahkan nama Indonesia di luar negeri yang mengklaim sebagai negeri yang meletakkan perlindungan warga negara di luar negeri menjadi prioritas nomor satu.
“Sayang, perlindungan bagi HRS sebagai warga negara tidak berlaku. Bahkan Dubes RI di Riyadh sendiri sering melancarkan serangan-serangan yang menghinakan HRS, Itu tak berlaku bagi Habib,” kata pengamat itu.
Keempat, suka atau tidak suka, mau tidak mau HRS menjadi tokoh terbesar kini di Indonesia. Tidak seorangpun politisi, dimulai dari pimpinan lembaga tinggi negara termasuk presiden, ketua parpol, pimpinan ormas Islam yang mampu mengumpulkan jutaan masa di satu tempat pada satu waktu, kata pengamat.
“Habib telah membuktikan kualitasnya. Jutaan massa ada di belakangnya. Ini yang ditakui dari diri Habib,” kata pengamat itu.
Dibela non-Muslim Saat sekelompok orang sangat membenci Imam Besar Habib Rizieq Shihab, tokoh non Muslim Asboediono atau lebih dikenal sebagai Romo Boed, menyebut Habib Rizieq memiliki keikhlasan yang sangat sempurna.
“Saya tidak kenal Beliau, saya hanya mengenal keikhlasannya yang sangat sempurna (tidak marah ketika dicaci maki dan difitnah, tidak dendam ketika diancam ingin dihabisi, tidak menyerah dalam situasi apapun melainkan lebih memilih menghindar) Tuhan memberkati #hening,” tulis Romo Boed di akun Twitter @asboediono_id.
Pesan untuk pembenci Habib Rizieq pun disampaikan @asboediono_id: “Apakah dengan membenci Habib Rizieq Shihab kemudian umurmu bisa bertambah 1 hari kedepan, yang perlu kalian ingat “Jika hidupmu sekarang dalam keadaan sehat, dipenuhi kemudahan dan selalu dalam lindungan Tuhan “itu karena ada orang yang berdoa untuk Kamu.”
Pernyataan Romo Boed itu mengetuk perasaan wartawan senior Iwan Piliang. Di akun Twitter @iwanpiliang7, Iwan menjawab kesan Romo Boed tentang Habib Rizieq.
“Luar biasa. Kalau banyak orang menyapa Pak @asboediono_id Romo, mungkin, karena TL ini salah 1 alasan. Sebagai Muslim saya melihat HRS sosok amat beruntung saat ini. Di saat Umat sedunia tak bisa berhaji karena Covid-19, dugaan saya Ia di sana dapat melakukannya. Nikmat besar Tuhan,” tegas @iwanpiliang7.
Secara khusus Iwan Piliang menegaskan bahwa sosok HRS sangat santun kepada ibunya. Menurut Iwan, Habib Rizieq bisa bertutur jernih karena komit 100% kepada ruh atau pondamen komunikasi. Yakni, hati nurani, akal, budi.
“Sosok sangat santun kepada Ibunya. Sebagai orang dg latar pendidikan komunikasi, saya menilai HRS bisa bertutur jernih; karena komit 100% kepada ruh atau pondamen komunikasi; hati nurani, akal, budi, sesuai text book HM Hoetasoehoet, dosen saya,” tulis @iwanpiliang7.
Kenapa Habib tidak pulang? Apa masalahnya? Pertama, HRS adalah tokoh terbesar yang ada di Indonesia sekarang ini. Jika HRS menghendaki, revolusi bisa pecah di Indonesia sekarang ini. Kepulangannya sangat ditakui rejim.
Kedua, HRS adalah pemimpin Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF) yang merupakan jaringan ulama se Indonesia. GNPF ini yang mencetuskan Gerakan 212 yang masif itu.
Ketiga, HRS tidak bermasalah di Saudi. Sekiranya ada masalah-maslah kekonsuleran tentu dengan mudah diselesaikan. Apalagi HRS adalah keturunan Rasulullah yang menjadi tanggung jawab pemerintah Saudi untuk menjaga keselamatan dan kehormatannya.
Keempat, Dubes Saudi secara diplomatis mengatakan masalah HRS ini sepenuhnya dalam domain pemerintah Indonesia. Pemerintah Saudi menekankan faktor keselamatan HRS yang senantiasa diincar oleh pembenci-pembenci yang merasa bahwa HRS adalah penghambat ambisi politik mereka menguasai Indonesia.
Ketika HRS ingin berangkat sendiri ke Malaysia untuk menyelesaikan ujian disertasi doktornya dia dicegah oleh Pemerintah Saudi, karena informasi intelijen bahwa HRS akan dibunuh jika dia pergi ke Malaysia.
Kelima, kata kunci apakah HRS bisa pulang ke Indonesia pada waktu sekarang ini dalam rangka memenuhi permintaan ulama dan ummat tergantung apakah pemerintah Indonesia berani mengeluarkan jaminan keselamatan HRS –verbal sekalipun—yang bisa dipegang oleh pemerintah Saudi.
Sampai kini jaminan itu tidak pernah dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia.[
DNI]