Mohon untuk bersikap bijak dalam setiap menyikapi infomasi dan berita yang beredar di internet karena tidak semua berita itu benar, terkadang di salah gunakan oknum tertentu untuk membuat kekacauan dan fitnah

KESUKSESAN KHALIFAH UMAR


Umar Bin Khattab termenung lama. Lama sekali. Apakah ini kebaikan atau musibah? Begitu ia bertanya pada dirinya sendiri tentang fenomena kemenangan–kemenangan besar yang ia peroleh. Tiba-tiba ia tersadar bahwa eranya terlalu jauh berbeda dengan era kedua pendahulunya: Rasulullah SAW dan Abu Bakar As-Siddiq.

Di era Umar teritori Khilafah menjadi lebih dari 18 negara kalau dikonversi dengan era sekarang. Populasi umat Islam juga bertambah begitu pesat. Lahirlah sebuah masyarakat yang mulitikultur yang sangat besar. Lalu ada kemakmuran dan kesejahteraan serta kekayaan yang melimpah ruah. Ini semua belum ada di era Nabi dan Khalifah pertama. Itu meresahkan Umar. Apakah ini kebaikan? Atau malah musibah? Kalau ini kebaikan, mengapa ini tidak terjadi pada masa sebelumnya? Kalau ini musibah, Apakah Allah hendak memisahkan aku dari kedua pendahulu?

Ini resah seorang pemimpin yang tidak pernah selesai belajar. Ia bertanya dan terus bertanya. Ia berpikir dan terus berpikir. Dan hasilnya nyata. Hasil pembelajaranya sekarang menjadi sumber pembelajaran nyata. Hasil pembelajarannya sekarang menjadi sumber pembelajaran kita semua. Beliau telah mendampingi Rasulullah SAW sekitar 18 tahun dan mendampingi Abu Bakar selama 2.5 tahun. Beliau telah belajar banyak. Jadi walaupun zaman yang beliau lalui terlalu jauh berbeda, tetapi beliau memiliki sumber pembelajaran lapangan selama 20-an tahun dan itu memadai untuk membantu beliau meletakkan dasar-dasar negara baru di Madinah.

Beliau meletakkan dasar-dasar dari konstitusi dan sistem pemerintahan, menata sistem keuangan negara, memulai pembentukan dan pengorganisasian tentara profesional setelah sebelumnya setiap warga negara diharuskan menjadi mujahid dan prajurit negara, mengatur strategi ekspansi militer yang kemudian melahirkan futuhat atau pembebasan-pembebasan besar yang berpuncak pada pembebasan Al-Aqsha, mendistribusi para ulama ke berbagai wilayah, membentuk pemerintahan-pemerintahan daerah di wilayah-wilayah yang telah dibebaskan.

Itu sebabnya, Rasulullah SAW dan Abu Bakar bersama Umar Bin Khattab selalu diletakkan sebagai founding fathers dari Negara Madinah.

Suatu saat sang pendiri negara itu berpesan kepada siapapun yang akan menjadi pemimpin:
“𝐓𝐚’𝐚𝐥𝐥𝐚𝐦𝐮 𝐐𝐨𝐛𝐥𝐚 𝐀𝐧 𝐓𝐚𝐬𝐮𝐮𝐝𝐮𝐮,
𝐁𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐦𝐩𝐢𝐧.”.

(Oleh: Muhammad Anis Matta) 

KESUKSESAN KHALIFAH UMAR

KESUKSESAN KHALIFAH UMAR




Umar Bin Khattab termenung lama. Lama sekali. Apakah ini kebaikan atau musibah? Begitu ia bertanya pada dirinya sendiri tentang fenomena kemenangan–kemenangan besar yang ia peroleh. Tiba-tiba ia tersadar bahwa eranya terlalu jauh berbeda dengan era kedua pendahulunya: Rasulullah SAW dan Abu Bakar As-Siddiq.

Di era Umar teritori Khilafah menjadi lebih dari 18 negara kalau dikonversi dengan era

Mujahid Badui Penakluk Imperium


Mujahid Badui Penakluk Imperium

Oleh: Anis Matta

Apa penjelasannya, bahwa 3.000 mujahid dari badui-badui gurun jazirah Arab, berani melawan 200.000 pasukan Romawi dalam perang Muktah? Mereka tidak menang, memang, dalam pertempuran yang berlangsung tahun kedelapan hijriah itu. Tiga panglima mereka gugur sebagai syuhada; Zaid Bin Haritsah, Ja’far Bin Abi Thalib, Abdullah Bin Rawahah. Ketika Khalid mengambil alih kepemimpinan, yang ia lakukan adalah mundur teratur untuk menyelamatkan nyawa mujahidin yang tersisa.

Sementara anak-anak melempari mereka dengan batu saat kembali ke Madinah, karena dianggap melarikan diri, Rasulullah justru menggelari Khalid sebagai Syaifullah Al Maslul. Pedang Allah yang terhunus. Menyelamatkan nyawa pasukan adalah keputusan bijak seorang pemberani. Berhasil mundur dari kejaran pasukan sebesar itu adalah keahlian tempur seorang jenius perang. Tapi berani melawan pasukan sebesar itu adalah pesan penting bagi Romawi; pertempuran sudah kita mulai, dan kami akan kembali.

Perang Yarmuk adalah saksi kejeniusan perang Khalid. Pertempuran yang terjadi sekitar enam tahun setelah setelah pertempuran Muktah itu, memang terlalu legendaris. Bayangkan 36.000 mujahid Muslim melawan 240.000 pasukan Romawi. Gelar Rasulullah Saw kepada Khalid jadi kenyataan. Sejak itu Romawi diusir dari wilayah jazirah Arab, Syam kemudian Mesir.

Apa penjelasannya, bahwa mujahid Badui itu bisa menaklukkan imperium besar seperti Romawi dan Persi? Dalam pendekatan aqidah dan iman, kemenangan itu dapat dengan mudah ditafsirkan. Tapi dalam pendekatan strategi perang, kita mungkin perlu mempelajari The Art of War dari Sun Tzu, strategi perang tertua yang ditulis 500 tahun sebelum Masehi dan telah mengilhami China dan Jepang selama 2400 tahun. Atau The Military Institution of The Romans yang ditulis oleh Vegetius kepada Valentinian II sekitar tahun 390 M, dan kelak mengawali pengembangan tentara regular di Eropa. Atau My Reveries Upon Art of War yang ditulis Jenderal Maurice De Saxe tahun 1732 M. Strategi ini merupakan kembangan ide-ide Vegetius dan kelak banyak mengilhami Napoleon seperti diurai Stonewall Jackson dalam The Military Maxims of Napoleon. Atau The Secrets Instruction Frederick The Great to His Generals yang secara kebetulan ditemukan dalam kopor kecil Jenderal Czetteritz tahun 1760. Atau On War dari Carl Von Clausewitz’s tahun 1832. Kedua pemikiran strategi militer inilah yang melatari semua pengembangan strategi perang Jerman.

Kebesaran Mujahid Badui yang telah menaklukkan Imperium Persi dan Romawi itu hanya mungkin kita pahami dalam kerangka pemikiran-pemikiran strategi perang itu. Khalid tumbuh dalam tradisi perang gerilya yang menjadi ciri perang masyarakat jazirah. Tapi ia menguasai cara berpikir tentara regular Romawi yang mengusai pola perang konvensional dengan alutsista besar sejak 200 tahun sebelumnya. Keteraturan adalah ciri pasukan Persi dan Romawi, atau tentara Modern.

Ketidakteraturan adalah ciri pasukan gerilya. Diperlukan waktu untuk menemukan pola dalam ketidakteraturan itu. Khalid mempelajari keteraturan itu sebagai sebuah kekuatan, tapi tetap menggunakan pola perang gerilya sebagai kombinasi dari pusat kekuatannya. Tapi mereka gerilyawan yang agresif. Jadi secara strategi ia unggul. Ia tahu cara berpikir musuhnya. Tapi musuh tidak tahu keseluruhan cara berpikirnya.

Ketahuilah cara berpikir musuhmu, tapi jangan berpikir dengan cara berpikirnya.[]

Mujahid Badui Penakluk Imperium

Mujahid Badui Penakluk Imperium





Mujahid Badui Penakluk Imperium

Oleh: Anis Matta

Apa penjelasannya, bahwa 3.000 mujahid dari badui-badui gurun jazirah Arab, berani melawan 200.000 pasukan Romawi dalam perang Muktah? Mereka tidak menang, memang, dalam pertempuran yang berlangsung tahun kedelapan hijriah itu. Tiga panglima mereka gugur sebagai syuhada; Zaid Bin Haritsah, Ja’far Bin Abi Thalib, Abdullah Bin Rawahah. Ketika
NARASI NABI MUHAMMAD ﷺ

NARASI NABI MUHAMMAD ﷺ





NARASI NABI MUHAMMAD ﷺ

Oleh: Muhammad Anis Matta

“Aku bisa berdoa kepada Allah untuk menyembuhkan butamu dan mengembalikan penglihatanmu. Tapi jika kamu bisa bersabar dalam kebutaan itu, kamu akan masuk surga. Kamu pilih yang mana?”.

Itu dialog Nabi Muhammad ﷺ dengan seorang wanita buta yang datang mengadukan kebutaannya kepada beliau, dan meminta didoakan agar Allah mengembalikan
Back To Top