Berita Anda, Halo Pengunjung blog dimanapun anda berada semoga kalian tetap dalam keadaan sehat, saat ini anda sedang membaca Artikel dengan judul Kava dari Fiji: Bagaimana minuman psikoaktif Fiji mendunia - JUBI, semoga bermanfaat dan selamat membaca

Papua No. 1 News Portal | Jubi
Pada Jumat malam di Suva, ibu kota Fiji, Kava Bure berdesak-desakan dengan pengunjung. Orang-orang sudah mulai berdatangan untuk berjumpa dengan teman-teman sepulang kerja dan meminum satu mangkok, atau tiga, kava, minuman yang terbuat dari akar pohon Piper methysticum.
Kedai minuman itu, yang terbuka tempatnya dengan meja-meja kayu dikelilingi oleh pagar bambu, menjual bubuk kava kemasan $5 atau $10. Bubuk ini dicampur dalam baskom plastik oleh seorang pria tua, yang bertanya kepada pelanggan apakah mereka ingin campuran yang ‘sosoko’ atau kuat, sebelum menyerahkan wadah mereka serta mangkuk batok kelapa untuk digunakan minum.
“Kava Bure adalah tempat di mana saya bisa duduk, bersantai, dan bersenang-senang dengan teman-teman setelah seharian bekerja. Biasanya, kita pergi ke sana untuk meminum beberapa wadah,” kisah Ropate Valemei, seorang pelanggan setia.
Konsep bar Kava itu relatif baru di Fiji (dibandingkan dengan Vanuatu di mana ada lebih dari 300 bar) dan mencerminkan pergeseran konsumsi kava, dari sesuatu yang diminum dalam upacara tradisional atau bersama dengan keluarga dan teman-teman sambil duduk di lantai mengelilingi tanoa (mangkuk kava dari kayu) atau wadah plastik, ke ruang yang lebih komersial.
Tetapi daya tarik minuman ini – yang dikenal karena dampak psikoaktifnya – tidak lagi terbatas hanya di Pasifik. Sekarang ada sekitar 100 bar kava di Amerika Serikat dan Australia sedang bersiap untuk mengizinkan impor komersial. Sementara itu, laboratorium untuk kultur jaringan tanaman kava pertama di dunia telah didirikan, bertujuan untuk meningkatkan pasokan dan penjualan kava dalam berbagai produk, dari bubuk yang dapat diseduh hingga obat antiansietas.
Loading...
Permintaan kava meningkat
Sesi minum kava bisa berlangsung dari satu jam hingga beberapa jam, terkadang hingga dini hari. Rasanya beraroma tanah dengan aftertaste kuat yang kadang-kadang dinetralkan dengan mengecap permen setelah meneguk satu mangkuk. Di Fiji, peminum berpengalaman adalah ‘sabuk hitam’, mereka bisa minum kava selama berjam-jam, kadang-kadang setiap hari selama seminggu. Tetapi bagi yang belum terbiasa, minuman ini menyebabkan mati rasa, dimulai dari mulut dan akhirnya turun ke seluruh tubuh, memberikan peminumnya sensasi santai yang semakin terasa dengan setiap mangkuk.
Meski sangat populer di Pasifik, kava telah, secara umumnya, lambat mencapai kesuksesan secara global, sebagian dikarenakan peraturan yang ketat di negara-negara Barat, di mana kava telah disalahkan karena menyebabkan masalah hati, padahal sudah ada bukti yang menunjukkan bahwa ini hanya terjadi jika kava dikonsumsi bersamaan dengan alkohol atau obat lain.
Pendapatan Fiji dari ekspor Kava memuncak pada 1980-an, lebih dari FJD$ 35 juta (AS $ 16 juta) per tahun, yang didorong oleh ekspor ke Eropa. Setelah kava dilarang oleh Eropa pada 1990-an, ekspor pun anjlok. Tetapi sejak saat itu, perkembangan semakin stabil, dengan pasar ekspor tumbuh dari sekitar 900 ton per tahun pada 1990-an menjadi 6.000 ton pada 2015.
Pada 2018, pemasukan dari ekspor kava mencapai FJD$ 30.7 juta, dimana jumlah ekspor terbesar adalah ke Amerika Serikat dengan 148.000 kg, 80.000 kg ke Selandia Baru, dan 13.000 kg ke Hawaii.
Pasar kava Fiji mengalami kemunduran signifikan pada 2016, ketika ia dihantam oleh Siklon Winston, badai tropis paling kuat yang pernah tercatat di belahan bumi selatan. Winston menghancurkan negara itu, menyebabkan kerugian senilai $ 1,4 miliar – lebih dari sepertiga PDB negara itu – dan memusnahkan sebagian besar tanaman kava.
Tapi penjaja kava yang telah berhasil membangun kembali usaha mereka mengalami perkembangan pesat. Kurangnya pasokan kava setelah siklon menyebabkan lonjakan harga kava kualitas terbaik dari sekitar FJD$ 40-60 menjadi FJD$ 120 per kilogram. Peningkatan ini, ditambah tingginya minat atas minuman dari pasar luar negeri, berarti semakin banyak orang mulai membudi-dayakan tanaman kava, dan bahkan dengan itu mereka masih juga tidak dapat memenuhi permintaan pasaran.
Mary Work, seorang pemilik kios kava di Pasar Kota Suva telah berjualan kava selama 18 tahun dan telah menyaksikan lonjakan permintaan pasar atas produk ini. “Dari sudut pandang saya, setelah siklon permintaan pasaran naik. Dan bahkan dengan harga yang tinggi, sekarang mereka lebih menginginkan kava,” tambahnya.
“Ada banyak permintaan. Suami saya memasok kava ke AS dan mereka ingin satu ton setiap bulan. Dia tidak bisa memenuhi permintaan itu. Satu ton sebulan … Sementara tanaman kava perlu tiga sampai empat tahun sebelum bisa dipanen.”
“Permintaan atas kava sangat tinggi sampai mereka mulai memanen tanaman yang masih muda. Tanaman yang berusia satu tahun, dua tahun, jadi banyak tanaman muda yang dipanen dan mereka tidak membiarkannya mencapai dewasa karena ada banyak permintaan.”
Produksi Kava manfaatkan teknologi modern
Di sisi lain industri kava adalah Fiji Kava Limited, juga dikenal sebagai Taki Mai, salah satu dari dua fasilitas pengolahan kava terbesar di Fiji. Ini adalah perusahaan kava pertama yang terdaftar di Bursa Efek Australia (ASX) dan, pada 2019, membuka laboratorium untuk kultur jaringan tanaman kava pertama di dunia, yang akan mengklonakan tanaman induk kava dan menumbuhkan anak tanaman yang dikembangkan di pabriknya di Levuka, ibu kota Fiji dulu.
Laboratorium Fiji Kava terletak di sebuah bukit di belakang sekolah negeri Levuka yang berusia 140 tahun, terletak di antara dua pesemaian kava. Dari luar pabrik itu ada pesemaian, tetapi di dalamnya ada cerita yang berbeda. Pengunjung harus melepas sepatu mereka dan mengenakan pelindung kaki dari plastik. Kamar-kamar gelap diterangi oleh lampu neon dan ada berbaris-baris stoples kaca kecil di dalamnya sampel kava kecil.
Perusahaan ini berencana menanam 250.000 benih hasil kultur jaringan awalnya, dan berharap bisa meningkatkan ini menjadi 500.000 setiap tahun. Fiji Kava Limited saat ini memproduksi obat kapsul antiansietas untuk pasar Australia, Selandia Baru dan AS, serta bubuk kava instan.
Pada Oktober 2019, pada kunjungan ke Fiji, Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mengumumkan bahwa batas maksimum impor kava untuk keperluan pribadi bagi orang yang bepergian dari Fiji ke Australia akan dinaikkan dari 2 kg ke 4 kg, dan bahwa suatu program percontohan akan dimulai pada akhir 2020 yang memungkinkan impor komersial kava ke negara itu.
Pada saat mengumumkan perubahan itu, Morrison menggambarkan pelonggaran aturan impor sebagai bukti ‘lebih lanjut’ dari hubungan dekat antar negara-negara tersebut. Perdana Menteri Fiji, Frank Bainimarama, mengucapkan terima kasih atas pengumuman tersebut, dengan mengatakan ‘seluruh Fiji’ telah menunggu peraturan Australia mengenai kava untuk berubah.
Penjual Kava, Pauline Benson, berpendapat bahkan peningkatan yang kecil dalam impor pribadi sekalipun disambut baik. “Australia memiliki pasar kava yang besar karena ada populasi besar orang Kepulauan Pasifik yang tinggal di Australia dan sangat sulit untuk mendapatkan kava di sana … Masih ada permintaan besar,” ungkapnya.
Kembali ke Kave Bure di Suva, meja-meja penuh saat senja tiba. Seruan “Bula!” – salam nasional Fiji – terdengar ketika seseorang di lingkaran kava mengambil mangkuk untuk diminum. Ropate Valemei menerangkan bahwa meski orang-orang sering kali datang ke bar dengan beberapa teman, sepanjang malam mereka pasti akan mendapatkan lebih banyak teman. Di Pasifik, baik untuk upacara tradisional atau dalam pertemuan sosial yang lebih modern, kava terus mempersatukan orang-orang. (Guardian News)
Editor: Kristianto Galuwo
"minuman" - Google Berita
February 06, 2020 at 08:07PM
https://ift.tt/2H4GoGM
Kava dari Fiji: Bagaimana minuman psikoaktif Fiji mendunia - JUBI
"minuman" - Google Berita
https://ift.tt/2mPlmFV
0 Komentar untuk "Kava dari Fiji: Bagaimana minuman psikoaktif Fiji mendunia - JUBI"